KPR (Kapan Pindah Rumah?)

Annisa Diandari Putri
Chapter #16

Pacar Baru

Kamar Mandi

Topik geng ibu-ibu belanja sayur hari ini cukup kontroversial. Tetangga mereka diselingkuhi oleh suaminya.

Semua itu diketahui tante Anna dari postingan Instagram si istri. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka semua merendahkan suaranya saat berbagi cerita. Seakan-akan supaya buncis di depan mereka pun tidak bisa mendengarnya. Entah dengan siapa si suami berselingkuh, tapi semua Insta Story si istri menyiratkan bahwa suaminya sudah tidak pulang selama lima hari dan ada wanita yang mengangkat telefonnya.

Ibu Arum yang terlihat sudah sehat, berada di antara mereka. Dia juga mengenal si istri karena pernah memesan kue darinya untuk acara tujuh bulanan anaknya. Ibu ikut melihat isi Insta Story yang di-upload si istri setiap harinya. Setelah tante Anna berjanji akan terus men-update berita tersebut di grup Whatsapp, pertemuan pun selesai.

Selesai berbelanja, ibu melihat Damar sedang mengukur kamar mandi dengan teliti.

“Kamu ngapain, Le?”

“Lantai kamar mandi mau aku ganti, Bu. Biar nggak gampang licin jadi Ibu nggak kepeleset lagi.”

“Kamu yang masang?”

“Nggak, aku minta tukang yang biasa kerja sama aku buat ke sini. Sementara dibongkar, Ibu pake kamar mandi yang di atas dulu ya.”

“Hari ini dikerjainnya?”

“Iya, lebih cepat kan lebih baik. Aku juga udah bilang Mas Cakra.

Nggak apa-apa kan, Bu?

“Iya.” Jawab Ibu seraya berlalu menuju dapur, lalu membereskan belanjaannya satu per satu.

Tidak lama, terlihat Luna mendatangi suaminya.

“Gimana Ibu?”

“Iya-iya aja. Berarti boleh kan? Jangan sampe tukang aku malah diusir Ibu.”

“Iya-in aja udah.”

Seminggu lalu, Luna menghubungi Cakra dan mengusulkan untuk mengganti lantai kamar mandi bawah supaya lebih aman. Cakra menyetujui rencana tersebut. Pokoknya apapun supaya ibu bisa lebih aman di rumahnya sendiri. Termasuk mentransfer sejumlah uang untuk renovasi tersebut.

Sesungguhnya rencana ini dibuat Luna supaya ibu tidak bisa lagi mengulangi drama terjatuh di kamar mandi. Dia memutuskan tidak memberitahu Cakra atau pun mengkonfrontasi ibu tentang masalah ini, agar ibu tidak mencari cara yang lebih extreme dari ini. Lebih baik dia menelannya sendiri.

“Gimana?” Tanya Kanaya saat melihat wajah Luna muncul di balik pintu kamarnya.

Kanaya sedang menonton “Dear Nathan” di Netflix dan menghabiskan bungkus keripik kentang keduanya. Menarik nafas sejenak setelah menyelesaikan gambar kerja revitalisasi Museum Fatahillah.

“Kata Damar sih iya-iya aja.”

“Tapi Mas Cakra udah bilang oke, kan?”

“Dia sih kalo buat Ibu oke-oke aja. Mau diajak patungan lagi”

“Ya udah kalo gitu.

Lagian kalo Mas Cakra emang udah setuju, kan dia juga bisa bantuin ngomong ke Ibu kalo misalnya Ibu curhat ke dia atau Mbak Tara gitu.”

Melihat kakaknya yang sudah selesai dengan laporan paginya, tapi belom pergi juga dari pintu kamarnya membuat Kanaya merasakan sesuatu yang mulai mencurigakan.

"Kenapa lagi? Pinjem duit? Sorry, duit gue udah jadi print-print-an A2.”

“Lo belom punya pacar lagi, kan?”

“Lo mau jodohin sama siapa?”

“Berarti nggak malem mingguan, dong. Gue minta tolong ya, jagain Ruby ntar malem. Gue mau dinner berdua Damar.

Nay, mau ya?

Nanti gue bawain makanan enak deh.

Iya ya, Nay?”

“Sama si Mbak aja lah.”

“Si Mbak kan kalo hari Sabtu libur, Nay.

Mau ya...”

Dengan pore pack masih menempel di hidungnya, Kanaya mematikan TV, mengambil HP, lalu berjalan keluar kamar melewati Luna tanpa basa basi.

Lihat selengkapnya