Interview Pertama
Setelah Luna menyetujui rencana mereka, hari ini Harsa mengajak Kanaya ke rumah om Gusti. Tujuannya supaya Kanaya bisa mengenal om Gusti terlebih dulu, sebelum nantinya diajak ke rumah. Ibaratnya sekarang interview dengan HRD, sebelum bertemu user. Dengan membawa sepeda Harsa yang sudah lama dianggurkan sebagai alasan.
Tadinya Kanaya mau menolak, dia masih harus menenangkan dirinya di depan Harsa. Tapi demi rumah yang lebih damai, akhirnya Kanaya mengiyakan ajakan Harsa. Kanaya memasang jarak satu lengan ketika mereka berjalan ke rumah om Gusti. Harsa sepertinya tidak menyadari ada yang aneh dari gerak-gerik Kanaya. Dia masih saja berjalan sambil menenteng sepedanya.
“Sore, Om!”
“Eh, Harsa. Ada apa nih?”
Om Gusti yang sedang menyiram tanaman menghentikan kegiatannya.
“Ini, Om, sepeda gue. Udah lama nggak dipake sih. Kalo gue mau pake lagi, yang harus dicek apanya aja ya? Dipake muter-muter kompleks sih masih bisa, tapi nggak tau kalo dipake jarak jauh.”
Dia mematikan air dari garasinya lalu menghampiri mereka berdua.
“Lho, kamu Kanaya, ya? Anaknya Bayuaji?”
“Iya, Om." Kanaya menyalami om Gusti. "Tadi aku lagi di rumah Harsa, terus diajak ke sini sekalian.”
“Ke sini aja pake minta ditemenin, Har. Kaya jauh aja rumah saya.”
Om Gusti berjongkok dan memeriksa sepeda Harsa.
“Terakhir dipake kapan, nih?”
“Kapan ya? Waktu kita ke Bogor itu, Nay. Yang sama Mas Cakra juga.”
“Hmmm ... Awal kuliah kayaknya.”
“Itungannya masih bagus ini. Paling nanti di...”
Berdiri di depan rumah berpagar hitam ini, membuatnya teringat jika dulu ayah pernah beberapa kali mengajaknya ke sini, saat ayah ingin mengobrol dengan om Gusti tentang sepeda. Bahkan saat ayah dan ibu naik haji, om Gusti pernah mengajak Kanaya dan kakak-kakaknya untuk makan di rumahnya. Dia ingat om Gusti yang memasak sendiri semua makanan enak di meja makan, padahal saat itu istrinya masih ada.
Tapi karena om Gusti hanya memiliki satu anak yang umurnya cukup jauh dari Kanaya, dia tidak pernah main ke rumah ini kecuali diajak ayah, Cakra atau Luna.
Kanaya sengaja minta izin ke kamar mandi supaya dapat melihat keadaan rumah om Gusti. Untuk laki-laki yang tinggal sendirian, rumahnya terlihat bersih dan rapih. Banyak foto-foto keluarganya di atas meja buffet depan pintu masuk.
Di samping sofa ruang tamu terdapat satu aquarium aquascape kecil. Juga sebuah sebuah aquarium yang cukup besar dan terawat, dengan banyak ikan warna-warni yang Kanaya tidak tahu jenisnya, diletakkan di dekat meja makan. Pantas saja mas Cakra cocok mengobrol dengan om Gusti. Mereka sama-sama suka ikan hias.
Setelah puas menginvestigasi interior rumah, Kanaya kembali ke samping Harsa. Sembari mereka berdua mengobrol, Kanaya memperhatikan gerak gerik om Gusti. Dia terlihat sangat mengerti tentang sepeda. Di dinding garasi tergantung tiga buah sepeda, yang salah satunya merupakan sepeda gunung.
“Main sepeda udah lama, Om?”
“Dari masih muda. Dulu sering main sepeda sama Ayahmu, sebelum dia sakit.”
Ah iya! Om ini yang dulu sering ke rumah setiap sore untuk menjemput ayah. Sepeda kuning yang bel-nya berisik. Kanaya ingat betul dia sangat tidak suka mendengar suara bel sepeda om Gusti.
“Sepeda yang kuning ya, Om?”
“Lho, kamu masih inget?” Om Gusti memalingkan wajahnya ke Kanaya.
“Soalnya neon banget warnanya.” Kanaya tertawa. Mengingat Luna sering menyuruhnya memakai kacamata hitam setiap bel sepeda om Gusti terdengar.
“Istri Om itu yang ngusulin warnanya. Biar dia seneng, saya iya-in aja.
Sepeda Ayah kamu masih ada, Nay?”