KPR (Kapan Pindah Rumah?)

Annisa Diandari Putri
Chapter #20

Ini Rumah Ibu

Sudah Yakin?

Rumah ini awalnya hanya memiliki dua kamar tidur, sehingga Cakra dan Luna harus berbagi ruangan. Saat ibu hamil Kanaya, ayah menyadari bahwa mereka harus membangun kamar tambahan. Terlebih lagi, Cakra yang hampir lulus SD harus memiliki kamar yang terpisah dengan adik perempuannya.

Beruntung saat itu ayah mendapatkan pekerjaan mendesain rumah seorang artis sinetron terkenal, dengan nilai project yang lumayan besar. Rumah akhirnya berubah menjadi dua lantai dengan tambahan dua kamar tidur, satu kamar tamu dan satu kamar mandi atas.

Saat pemilihan kamar, ibu ingin kamar Luna tetap dekat dengan kamarnya. Jadi, dua kamar di lantai atas digunakan oleh Cakra dan Kanaya. Tidak heran jika Luna selalu dapat melihat ibu yang menangis pada malam hari.

Malam ini Luna kembali menghabiskan waktu di kamar ibu, setelah berhasil menidurkan Ruby yang sejak tadi sibuk merengek dan menangis. Dia menitipkannya kepada Damar jika nanti terbangun lagi.

Aroma citrus memenuhi kamar ibu, ketika penghuninya sibuk dengan novel ditangan masing-masing. Luna dengan novel terbarunya Andrei Aksana dan ibu dengan "Crazy Rich Asians - Kevin Kwan”. Luna memesan lilin ini beberapa hari yang lalu di online store. Sebagai ibu yang merangkap pekerja kantoran, Luna merasa dia harus memiliki waktu bersantai sejenak. Hanya untuk sekedar bernafas lebih dalam. Sebentar saja.

Sesekali Luna memperhatikan ibu. Kerut-kerut di ujung matanya mulai terlihat. Pipinya yang mulai turun dan smile line-nya terbentuk semakin dalam memang tidak mengurangi kecantikannya. Tapi kapan terakhir kali dia memperhatikan setiap lekuk wajah ibunya?

Saat usianya bertambah, dia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sampai dia tidak menyadari jika ibunya juga bertambah tua.

Apa ibu juga pernah lelah mengurus dia dan kedua saudaranya?

Apa ibu mendapatkan me time yang cukup saat letih mengurus rumah?

Apa dulu dia termasuk anak yang merepotkan bagi ibu?

Luna teringat, saat SD dia pernah marah karena ibu melupakan janjinya untuk menemani menanam kacang hijau. Mungkin waktu itu ibu sedang lelah mengurusi Kanaya yang masih bayi. Kanaya si anak emas, yang selalu dapat perhatian terbesar.

“Luna, kamu masih nyari rumah ya?” Tiba-tiba ibu menoleh ke arahnya.

“Iya, Bu.”

Tidak ada gunanya dia berbohong. Ibu juga sudah tahu tentang semua flyer yang dibuangnya.

“Udah dapet?”

“Belom.

Damar nggak suka sama lingkungan rumah yang terakhir kita lihat. Padahal rumahnya lumayan.”

“Kamu udah yakin banget mau pindah?”

“Yakin. Tapi maunya kalo Ibu udah kasih restu."

Mereka menutup novelnya di saat yang bersamaan. Ibu menarik bantal yang dia gunakan untuk sandaran agar bisa duduk lebih tegak.

“Ibu penasaran, kenapa kamu harus banget pindah?”

“Luna mau hidup mandiri aja.”

“Kamu nggak sayang sama Ibu?”

“Sayang banget.

Lihat selengkapnya