Namanya Sanada Kiyomi. Tapi, dia lebih sering dipanggil Saki, dan aku sudah terbiasa dengan panggilan itu. Lebih lagi, dia sendiri yang meminta dipanggil demikian. Aku tak akan menuntut pilihan lainnya juga.
Saki adalah gadis yang baik. Ya, kata baik adalah kata yang cocok untuknya. Meski definisi dari baik itu sendiri ada banyak, seperti teori tentang keadilan, atau jumlah bintang di angkasa. Tetap, aku tak menemukan kata sederhana lain yang tepat untuk menggambarkannya.
Dari segelintir sosok yang mau mendekati—dan yang mau kudekati, Saki adalah salah satunya. Memang pada dasarnya, dia tidak memandang siapa yang dia ajak bicara juga. Selama kelihatan tidak menggigit, mungkin saja dia akan mendekati. Maka dari itu, dia cukup dikenal di kalangan siswa sebagai si ramah yang tak pandang bulu.
“Hei, aku sudah lihat film yang kaurekomendasikan kemarin. Agak membingungkan, sih, tapi aku menyukainya~!”
Tentu saja, Saki tidak tanpa alasan mendekati semua orang. Dia akan melihat kesempatan, lalu melompat masuk ke kolam pembicaraan. Seperti saat aku dan beberapa siswa lainnya tengah membicarakan satu judul film. Saki dengan senyum penuh ketertarikan, begitu santainya nimbrung lantas meminta rekomendasi.
—Sore hari ini juga, dia dengan wajah puas menyampaikan ucapan terima kasih atas film yang baru dilihatnya ...
Seperti yang kukatakan tadi, dia ramah kepada semua orang. Tak hanya siswa, para guru pun menganggap Saki sebagai sosok yang menyenangkan. Walau nilainya kadang jeblok, sambil terkikih malu, dia akan bilang, “Aku akan berusaha lebih baik lagi nanti.” Ya, itu beberapa kali terjadi di pengumuman nilai ulangan. Dan ya, nilainya membaik. Sementara.
Tak hanya itu, Saki dengan sukarela memberikan bantuan untuk mengurus hal-hal seperti berkas atau semacamnya, mengesampingkan fakta bahwa dia bukan pengurus kelas. Karena itu, kerap juga dia keluar masuk ruang guru. Teman-teman sekelas pun, kadang mengandalkannya untuk mengurus tugas seperti itu.
“Mumpung mau saja,” begitu jawabnya setiap ditanya kenapa dia melakukan pekerjaan seperti itu. Hanya saja, dia selalu terlihat mau melakukan semuanya.
Oh, tentu saja bukan berarti dia pasti mengatakan ‘ya’ untuk segala hal yang dimintakan padanya. Ada kalanya dia akan menolak, sebab dia sudah memiliki janji. Dan janji yang paling sering kudengar darinya adalah, jadwal kerja.
Ya, Saki melakukan kerja sambilan. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi menurutku itu hebat. Mungkin saja dia ingin uang saku tambahan, tapi tanpa menyusahkan kedua orang tuanya. Sesuatu yang belum bisa kulakukan saat ini. Aku kagum. Aku kagum.
—Oh, tapi, kebetulan dia hari ini ambil cuti ...