Hari ini adalah hari Jumat. Alena tergesa-gesa untuk segera berangkat, padahal matahari masih enggan untuk menampakkan keberadaannya.
"Kak kenaaannn!! Ayo cepetan berangkat! Alena hari ini ada piket kelas. Ntar kalo terlambat kena hukuman lagii." Teriak Alena sambil menuruni tangga. Ya, kali ini dia tidak berangkat bersama Juna papanya karena dia sedang ke Jepang sekarang. Biasa lah, urusan pekerjaan.
SaatJuna pergi keluar kota atau luar negeri Alena menjadi tanggung jawab kakanya, Kenan. Tapi sayangnya, walaupun Kenan sangat menyayangi adiknya ia lebih memilih berkencan dengan pacar-pacarnya.
Ishh mana sih kak Kenan?" Gerutu Alena sambil sibuk memakai sepatu hitam polos itu. Selesai ia memakai sepatu Kenan tak kunjung datang juga.
"KAK KENAN! CEPETAN NANTI ALENA TELAT!!!" kali ini Alena teriak sekencang-kencangnya bahkan membuat gema untuk satu rumah yang megah dan mewah itu.
Seorang pria akhirnya keluar dari kamar dengan wajah kusut seperti baru saja bangun dari mimpi buruk yang terjadi dalam tidurnya. Tentu saja Kenan baru bangun dari tidurnya toh kala itu masih pukul enam pagi.
"Yaampun kak Kenan belum siap-siap!!" Teriak Alena menengadahkan kepalanya menuju arah pria itu berada.
"Ishh apaansih Len, inikan masih jam enam. Kok lo udah mau berangkat aja? Udah sarapan belom?" Jawab pria itu seraya menggosok mata nya yang masih setengah terbuka.
"Kak Kenan lupa? Hari ini Jumat. Alena kebagian piket hari ini. Alena udah sarapan ko tadi subuh, makan roti. Kak Kenan cepetan siap-siap ahhh Alena ngga mau dihukum gara-gara telat ya!" Gerutu Alena gemas.
"Iya bawel amat lo ah, bentar siap-siap dulu." Kali ini Kenan pasrah. Kenan pergi untuk bersiap mengantarkan adiknya dengan menggaruk kepala bagian belakang nya yang memang tidak terasa gatal.
Sebuahmobil berwarna hitam kembali terparkir di depan SMA pelita.
"Len, emang dateng pagi gini di kelas udah ada orang?" Tanya Kenan di dalam mobil.
"Ada. Tapi paling cuman satu dua orang." Jawab Alena tergesa-gesa melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil.
"Yaudah, kalo ada apa-apa langsung telfon Kaka ya! Biar tau rasa tuh orang yang berani-beraninya gangguin adek tercintaahh Kenan!" Lanjut Kenan kejam.
"Kaya yang berani aja, lagian pas Alena telfon palingan kak Kenan lagi kencan tuh sama pacar-pacar kak Kenan." Dengus Alena sebal. Kenan hanya nyengir dan lagi-lagi sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak terasa gatal.
"Yaudah ah. Alena mau masuk terus piket, ntar malah telat gara-gara ngobrol sama kak Kenan. Hati-hati pulangnya ya kak! See you." Ucap Alena manja seraya meninggalkan Kenan yang masih duduk dalam mobil dan memperhatikannya berjalan menuju kelas hingga sosoknya tak lagi terlihat.
"Ck, punya adek manja amat. Beda banget sama gue yang cool parah sedunia." Gerutu Kenan mulai membanggakan dirinya sendiri. Emang sih Kenan adalah tipikal cowok yang cool dan cuek sama orang lain. Tapi kalo udah deket beuuhhh ambyarrrr deh. Mana playboy lagi, pacar tuh ada satu. Iya satu, satu di kampus satu di komplek satu di luar kota dan masih banyak satu lainnya.
Sepanjang berjalan di koridor sekolah saat menuju ke ruang kelas, Alena belum menemukan seorang pun. Hanya ada suara orang yang menyapu dari dalam kelas yang ia lewati.
Saat Alena sampai di depan pintu kelas, dia terkejut akan adanya seorang pria dengan baju yang dikeluarkan duduk sendirian di kursi deretan terdepan pojok kiri yang tengah membaca buku dengan earphone menggantung di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Kenzo. Iya, kenzo memang setiap hari datang pagi sekali, ntah apa alasannya.
Anehnya, kali ini ada yang terasa berbeda. Alena merasa jantungnya berdegup kencang tak seperti biasanya bahkan ia enggan untuk masuk kelas. Apakah ini yang dinamakan cinta?
Sampai akhirnya Alena memutuskan untuk menyingkirkan rasa enggan itu lalu masuk ke dalam kelas dan mencoba untuk bertingkah seolah tak ada canggung.
"Selamat pagi!!!" Alena memecah hening di kelas. Tak ada jawaban apapun dari pria itu, bahkan masih dalam posisi yang sama seolah tak mendengar sapaan Alena.
Alena meletakkan tas di kursinya lalu berjalan mengambil sapu yang terletak di kelas bagian belakang dan mulai menyapu. Alena heran, teman-temannya yang kebagian piket hari Jumat tak juga kunjung datang. Sampai tiba saat dimana Alena harus menyapu lantai yang persis di injak oleh Kenzo.
"Misiii, lantainya mau disapu dulu." Alena mencoba 'tuk memberanikan diri menyuruh agar Kenzo menyingkirkan kakinya.
Tak ada balasan apapun, Kenzo hanya mengangkat kakinya sekejap untuk memberi kesempatan pada Alena agar menyapu lantai yang ia pijak. Nampaknya, Alena mulai merasa kesal pada pria itu.
"Kok tadi disapa selamat pagi ga dijawab sih, padahal barusan ngomong kedengeran. Makannya ngangkat tuh kaki." Gerutu itu keluar dari bibir Alena yang tipis, manis dan agak sedikit di majukan ke depan, gemas rasanya.
Alena lanjut menyapu lagi. Karena ruangan kelas itu bisa dikatakan tak cukup luas. Jadi, hanya butuh waktu 5 menit saja untuk Alena menyapu seluruh kelas. Bahkan, belum ada satu orang murid pun yang juga datang ke kelas. Alena fikir kalau dia menyapu kelas, teman-temannya yang piket bisa membersihkan yang lainnya, seperti jendela mungkin.
Saat Alena tengah menyapu dan hendak untuk membuang debu-debu nya menggunakan pengki, sebuah suara pria tiba-tiba menggemakan kelas.
"Eh lo yang nyapu, sini!" Niat Kenzo memanggil Alena untuk menyapu bagian yang masih kotor. Seakan tak percaya, Kenzo baru saja berbicara, Alena kebingungan karena saat itu Kenzo tidak menyebutkan nama orang yang ia suruh untuk menghampiri mejanya.
"Siapa? Alena?" Dengan polos Alena malah menoleh ke kanan kiri untuk memastikan bahwa orang yang Kenzo panggil adalah Alena.
"Emangnya di kelas ini yang lagi nyapu siapa? Setan?" ketus Kenzo
"Ya abisnya ngga panggil nama sih, jadinya kan bingung. Makannya kalo manggil itu pake nama, kasian tau orang tua kita cari nama susah susah malah di panggil yang ga jelas." Lagi-lagi Alena menggerutu seraya berjalan menghampiri kursi yang di duduki Kenzo.