Kroco-Kroco Iblis

Binar Bestari
Chapter #3

Manusia Lalai

Pancaran sinar matahari sedikit sendu dibungkus kabut tipis. Kedua daun pintu kamar indekos terbuka bersamaan, nomor pintu 3 dan 5. "Kerja-kerja-kerja, Qun. Hidup kerja," sapa pria di depan pintu kamar nomor 3 —duduk mengikat tali sepatu kets putih.

"Buru-buru amat, Bang?"

"Ahhahaha, Senin ini Bro. Hari paling sialan dari enam hari yang lain. Kesiangan gue. Yuk, gue duluan."

Pria bersepatu kets menuntun sepeda motor vespa kuning keluar gerbang diikuti makhluk mengenakan jubah hitam rapi, badannya kekar. Rambutnya menjuntai dari hoodie samping telinga, lurus dan tersisir rapi. Melambaikan tangan dari jok belakang vespa, ke arah teras indekos.

"Bang. Assalamualaikum."

"Oh, harusnya gue yang salam ya. Waalaikumsalam. Jangan lupa gembok gerbang, Qun."

Pria itu memacu motor vespa menyembulkan kepulan asap putih.

"Oke, Bang." Qun tersenyum dari tempatnya.

"Alhamdulillah, lumayan untuk tenaga pagi ini." Pria berwajah teduh itu mengusap bibir.

Berjalan keluar dan menutup gerbang tinggi yang atasnya dipenuhi aksen mata panah. 

"Ini dia, kapten kesebelasan Badak Lampung Baiquni Al-Fathan. Aaah, dia siap menyundul bola dan…

"Gool," genap 2-0 untuk pertandingan Badak Lampung versus CI club.

Botol air mineral berisi selembar plastik bekas pembungkus roti terhempas dari dahi Qun, masuk ke dalam tong sampah.

"Alhamdulillah," ucap Qun merapal kedua tangan menghadap langit dan mengusap wajah.

"Astaga, Qun!" makhluk berjubah hitam berpindah cepat, lehernya memanjang kepalanya menunduk. Mencari botol yang sejak tadi diincarnya. 

"Kamu tidak sisakan setetes air dan secuil roti pun untukku?"

" Coba lihat aku! Jubahku makin kedodoran. Tulang tanganku makin menonjol, leherku tak berdaging dan tenggorokanku kering. "

"Tolonglah, sekali-kali biarkan aku makan bersamamu. Berhentilah baca doa sebelum makan, wahai Baiquni!"

Makhluk berjubah hitam mencaci persis dari sisi kiri, kanan, atas, depan. "Percuma, manusia hanif ini tidak bisa melihatku juga." Kulit dagunya yang bersisik memerah, seperti bara api panas.


"HAHAHA, Dasim...Dasim."

Tawa melengking dari atas balkon rumah kosong.

Lihat selengkapnya