Ksatria Angkasa

Aryadi Perwira Subagio
Chapter #2

Bajak Udara

Bab 2: Bajak udara

Keesokan harinya, siang hari. Suasana bandara udara sibuk dengan orang-orang yang baru datang atau hendak pergi ke dan dari tempat lain. Sebagian karena urusan bisnis, yang lainnya karena ingin berlibur. Carl terlihat berlari dari arah hangar pesawat menuju ke terminal keberangkatan, tempat Kenneth menunggunya.

“Kau terlambat Carl!”

“Maaf kak tadi ada beberapa mercenary juga yang lagi ngurus ijin, jadinya agak lama. Tapi sekarang Oscar Zero sudah dapet ijin buat terbang dekat dengan zeppelin klien kita, jadi sudah clear. Hehe.”

Carl mengakhiri kalimatnya dengan senyuman yang dia kira bisa membuat kakaknya memaafkan dia. Dan kelihatannya Kenneth memang memaafkannya.

Carl dan Kenneth terlihat bertolak belakang sekarang. Carl mengenakan jaket kulit khas pilot penerbang, lengkap dengan goggle di dahinya. Sedangkan Kenneth mengenakan kemeja putih lengan pendek, memperlihatkan tato runebinder di kedua lengannya. Saat ini mereka berdua sedang menunggu klien mereka, mereka harusnya bertemu sebelum naik zeppelin.

“Oh, itu Louise. Berarti itukah nonanya?”

Carl menoleh ke arah yang ditunjukkan Kenneth, dan dia melihat Louise si maid datang dengan seorang wanita berambut pirang yang mengenakan gaun hitam. Yang aneh adalah: wanita itu memakai topeng putih untuk menutupi wajahnya.

“Selamat pagi Pak Kenneth dan Tuan Carl, senang melihat anda berdua tepat waktu. Perkenalkan ini nona saya, Nona Alicia.” Louise menyapa mereka berdua saat dia sudah cukup dekat.

“Selamat pagi Nona Alicia. Perkenalkan saya Kenneth dari Kenneth's Mercenary, suatu kehormatan bisa bertemu anda. Saya dan adik saya akan memastikan keamanan anda selama perjalanan.”

Kenneth lalu mencium tangan Alicia seperti layaknya gentleman. Untuk sesaat dia merasa heran karena Alicia tidak membalas perkataannya sama sekali.

“Pak Kenneth, Nona saya menderita luka bakar di wajah dan sekitar mulutnya, jadi beliau harus mengenakan topeng kalau bepergian. Gara-gara itu beliau kesusahan berbicara, jadi kalau ada yang ingin anda sampaikan pada Nona Alicia, katakan saja melalui saya.”

“Begitu? Sungguh saya minta maaf karena saya tidak menyadarinya.”

Louise tersenyum sebelum melanjutkan, “Tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan.”

“Adik saya, Carl, akan mengikuti zeppelin dengan Oscar Zero. Saya sendiri akan berjaga di dalam zeppelin kalau misalnya ada suatu bahaya di dalam.”

“Terima kasih, kami ada di kompartemen C-4, kalau ada sesuatu ketuk saja pintunya.” Louise tersenyum sekali lagi sebelum berjalan ke dalam terminal keberangkatan bersama Alicia.

“Kau pasti berpikir kalau senyumnya menarik, ya kan kak?”

“Kah! Ca-Carl, apa maksudmu?”

“Kelihatan di wajahmu kok kak. Kakak tertarik dengan maid itu kan? Wajar aja kok, kakak kan udah 27 udah waktunya cari pacar, bukan ngejomblo terus.”

“Kau mau kubakar hah? Biar aku bilang ke Louise kalau kamu mendadak tidak bisa bekerja.”

“Lalu siapa yang bakalan menghadapi bajak udara? Kan itu bagianku.”

“Aku bisa menjaga Louise dari bajak udara sendirian, tidak perlu kamu.”

“Kak, yang harus kita jaga itu nonanya lho, bukan Louise. Atau emang kakak lebih tertarik ngejaga Louise? Hahahahaha.”

“Anak cerewet, kalau kau tidak cepat naik Oscar One kau tidak akan dapat makan malam!”

“Siap! Hahahaha.”

Carl lalu langsung berlari menuju hangar, meninggalkan Kenneth di belakangnya. Kenneth sendiri berjalan masuk ke dalam terminal keberangkatan, merasa sedikit jengkel dengan ulah adiknya yang lebih muda 4 tahun itu.

Beberapa menit kemudian, Carl sudah sampai di hangar 03. Hangar ini bukan hangar untuk zeppelin atau pesawat komersial lain, tapi hangar khusus untuk para mercenary yang sudah terdaftar. Yang diparkir di dalam hangar ini adalah pesawat fighter berpilot tunggal, Carl yakin sebagian besar pesawat-pesawat ini pernah bertarung dalam Perang Besar.

Carl berhenti di samping sebuah pesawat berwarna biru di bagian badannya dan putih di bagian ekor. Panjang pesawatnya hampir 9 meter dengan lebar sayap lebih dari 10 meter. Pesawat ini ditenagai oleh star engine dengan 14 silinder yang memutar dua bilah propeller di moncong pesawatnya. Carl sendiri mengecat ekor pesawatnya dengan gambar kepala serigala biru, untuknya itu membuat pesawatnya terlihat lebih keren.

“Oh, jadi kau pilot si serigala biru ya?” ujar sebuah suara memanggil Carl.

Saat Carl menoleh ke pesawat sebelahnya, ia melihat seorang pilot pria yang kelihatannya lebih tua sedikit darinya. Pesawat merahnya adalah pesawat tipe interceptor, dengan sebuah nama tertulis di sisi badannya, C-Demon. Dan sesuai dengan namanya, bagian ekor pesawat itu bergambar setan perempuan berwarna merah.

“Namaku Curtis, kau? Kau juga mengawal orang di penerbangan Z-47 kan?” pilot itu menyapa. Z-47 adalah penerbangan zeppelin yang dinaiki Louise.

“Aku Carl, salam kenal Curtis.”

“Salam kenal. Wow, Oscar Zero-mu itu kelihatan dirawat baik ya biarpun sudah agak tua. Biar kutebak, ada hubungan emosional denganmu?”

Carl diam sebentar sebelum, “Ya, ada.”

“Perang?”

Lihat selengkapnya