Bab 5: Aksi penyelamatan
Langit sudah berubah cerah karena awan-awan hujan menghilang dari langit. Matahari bersinar bebas di timur, langit biru di atas, hutan dan jalanan yang hancur karena perang di bawah. Oscar Zero sekarang sedang terbang ke utara, arah terakhir yang diketahui dari Z-47. Karena Carl masih belum melihat zeppelin itu, ia mulai berbelok ke timur.
[Carl, apa kau sudah dapat visual Z-47 itu?]
“Kak Kenneth? Sekarang aku masih belum ngeliat Z-47 kak. Kakak di mana?”
[Aku terbang rendah sekarang dengan Louise. Kami nggak ingin tertangkap radar Z-47. Pesawat sewaan ini gak begitu bagus buat bertarung.]
Benar, sebuah pesawat biplane dengan kapasitas 2 orang sedang mendekat dari arah selatan Carl. Pesawat kuning itu terbang rendah untuk menghindari deteksi radar. Kenneth yang memiloti pesawat itu, Louise duduk di kursi belakang.
“Baiklah, akan kuberitahu nanti kalau aku sudah ngelihat zeppelin itu.”
Tak lama kemudian, Carl melihat ada sebuah zeppelin terbang di langit mengarah ke timur laut.
“Kak Kenneth, aku dapat visual. Z-47 ada di arah timur laut.”
[Bagus Carl, aku akan menyusulmu.]
“Eh, tunggu kak. Aku ngelihat ada beberapa pesawat lain.”
5 buah pesawat fighter terlihat mendekat dari arah utara Z-47. Kelima pesawat itu adalah Thunder I seperti yang pernah Carl lawan.
“Kayaknya itu bantuan musuh, para penculik itu sekelompok sama bajak udara yang nyerang kita kemarin.”
[Kau bisa mengalihkan perhatian mereka, Carl? Aku akan mencoba masuk sambil menghindari deteksi radar.]
“Bisa aku coba kak. Kakak hati-hati ya.”
[Kamu juga.]
Kelima Thunder I itu mencegat Oscar Zero sebelum mendekati Z-47, dan salah satu dari mereka mulai menembakkan senapan mesin. Oscar Zero berbelok menghindari tembakan itu.
Oscar Zero langsung diikuti satu Thunder I dari belakang, yang terus menembakinya. Carl memanuver pesawatnya untuk menghindar, tapi baru saja ia menghindari tembakan pesawat dari belakang, ada tembakan lain dari sisi kirinya. Tetapi Carl juga bisa bermanuver menghindari tembakan baru itu.
“Sial, mereka merepotkan! Coba aja ada tempat aku bisa ngelawan mereka dengan lebih enak. Hm? Oh, kayaknya itu bisa dipakai.”
Di depan Carl, lansekap mulai berubah dari hutan menjadi pegunungan. Di antara pegunungan itu terdapat sebuah celah sempit.
“Oke, gimana kalau aku lewat sana?”
Carl dengan cepat menuju ke arah celah sempit itu, diikuti oleh 5 Thunder I dibelakangnya. Di dalam celah sempit itu pun Thunder I yang berada tepat di belakang Oscar Zero terus menembaki pesawat biru itu. Sambil menghindari tembakan peluru, Carl menerbangkan pesawatnya dekat dengan dinding tebing. Kemudian saat celah sempit itu berbelok ke kanan, Carl membuat belokan tajam di saat yang tepat, Oscar Zero berbelok dengan lambung pesawat dekat dengan dinding tebing. Pilot Thunder I di belakangnya tidak secepat Carl sewaktu membelok, dan pesawat itu terbang menghantam sisi tebing.
“Oke, satu jatuh.”
Thunder I yang kedua mendekat dengan cepat sambil menembaki Oscar Zero, Carl memanuver pesawatnya untuk menghindar dan di saat yang tepat mengurangi kecepatan dengan drastis di udara. Thunder I itu terbang melewati Oscar Zero dari bawah. Tanpa melewatkan kesempatan, Carl menembak sayap pesawat di depannya. Thunder I itu jatuh dengan cepat.
“Sisa tiga.”
Tapi tidak lama kemudian celah sempit itu berakhir, Oscar Zero keluar dari ujung lain celah ini dan sampai di langit terbuka lagi.
“Bukan masalah, aku bisa bermain dengan tiga orang di udara.”
Di saat Carl mengalihkan perhatian para Thunder I itu, Kenneth melayang semakin dekat dengan dengan Z-47, sambil terbang rendah agar tidak terdeteksi radar.
“Tuan Kenneth, apa rencana anda memasuki Z-47?”
“Kita akan mendekati zeppelin dari blind spot-nya, radar yang bisa mendeteksi musuh sampai ratusan kilometer itu punya titik buta beberapa ratus meter dari pusatnya. Kita bisa mendekat tanpa ketahuan. Kamu yang masuk ke dalam.”
“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Pergi ke ruang mesin dan buat kebocoran helium. Jangan terlalu banyak, kita cuma mau memaksa Z-47 buat mendarat darurat, bukan langsung jatuh.”
“Aku mengerti Tuan Kenneth.”
“Sesudah membocorkan helium, segera cari Putri Alice. Kita akan pergi sewaktu Z-47 jatuh.”
Kenneth merapatkan pesawatnya ke pintu evakuasi darurat yang terletak di bagian belakang zeppelin. Setelah cukup dekat, Louise mengambil sebuah busur silang yang anak panahnya terikat dengan tambang panjang. Ia menembakkan anak panah itu ke atas pintu darurat lalu mengikatkan talinya ke pesawat Kenneth. Louise duduk di atas tambang, menggunakan perbedaan ketinggian untuk berseluncur di atas tambang sebelum akhirnya mendarat di balkon kecil di luar pintu, lalu melepaskan talinya.