Ksatria Angkasa

Aryadi Perwira Subagio
Chapter #7

Menuju Nachtigal

Bab 7: Menuju Nachtigal

Sesuatu terjadi 200 tahun yang lalu, sebuah ledakan besar meledak di Kerajaan Callian, di selatan Astalia. Ledakan itu sangat besar bahkan hingga meninggalkan kawah besar yang diameternya sama dengan luas dua kota yang dijejerkan. Kerajaan Astalia dan Kekaisaran Relius menuding bahwa Callian sedang mengembangkan senjata baru, Callian sendiri menyangkal hal itu dan menuduh ada kelompok teroris yang berusaha menyerang kerajaannya.

Pada akhirnya tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi semua orang kini tahu dampaknya: Sebuah residu energi yang tak terlihat kini memenuhi udara hingga ke Astalia dan Relius, mungkin juga hingga menyelubungi seluruh dunia.

Ether. Begitu para ilmuwan menyebutnya. Awalnya sulit untuk mengenali energi ini karena tidak ada satu orang pun yang masih hidup yang tahu betul tentang elemen ini. Tapi kemudian para ilmuwan tahu cara untuk menggunakan energi ini. Ether bisa dikumpulkan dalam sebuah alat bernama collector, dalam alat ini ether berwarna putih susu, tapi dia tidak selalu berwarna begitu.

Setelah penelitian panjang, para ilmuwan tahu bahwa ether bereaksi terhadap goresan-goresan simbol tertentu. Simbol-simbol ini bisa berupa tulisan di atas kertas, ukiran di permukaan batu, tato di tubuh seseorang, atau goresan di permukaan besi.

Simbol-simbol ini kemudian disebut rune. Ether menempel pada rune seperti magnet yang berbeda kutub, dan para ilmuwan semakin lama semakin tahu jenis-jenis simbol berbeda ternyata bisa menghasilkan reaksi yang berbeda.

Ada simbol yang bisa meningkatkan kekuatan fisik penggunanya, ada juga simbol yang bisa meningkatkan kecepatan. Tapi yang menarik adalah simbol-simbol yang bisa mengeluarkan elemen-elemen alam: api, air, angin, halilintar, atau pun yang lainnya. Awalnya hanya para ilmuwan yang tahu cara memakai rune, tapi akhirnya semakin banyak orang yang menggunakan rune ini, dan mereka disebut sebagai runebinder.

Kelemahan dari ether adalah dia bisa semakin merusak rune semakin lama dia digunakan, karena itu orang-orang selalu berusaha membuat kombinasi simbol yang bisa membuat rune berfungsi paling lama. Rune juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik itu untuk pemanas ruangan, pengganti lampu, atau untuk mesin-mesin pabrik.

Ketika perang dimulai, semua pihak yang terlibat dalam perang mulai memikirkan cara untuk menggunakan rune dalam pertarungan. Para prajurit menggunakan rune dengan kekuatan elemental di tubuh mereka, pihak militer juga mulai menggunakan rune dalam kendaraan berat. Percobaan rune yang digunakan di pesawat fighter tidak membuahkan hasil positif, karena pesawat-pesawat itu menjadi terlalu berat dan kemungkinan pesawat jatuh dari langit sewaktu rune rusak juga besar.

Tetapi rune bisa digunakan di pesawat induk karena mereka tidak butuh mobilitas yang cepat. Lagipula pesawat induk juga bisa memiliki gudang penyimpanan bola rune, jika seandainya bola rune mereka rusak sewaktu mengudara. Pesawat-pesawat induk ini menjadi andalan di waktu perang, karena kemampuannya membawa pesawat fighter dan juga meriam-meriam yang dimilikinya.

Kini sesudah perang berakhir, rune dipakai dalam sektor transportasi. Karena banyak jalanan yang hancur sehingga pesawat terbang menjadi pilihan utama para pelancong. Walau tipe zeppelin lama masih digunakan, tapi sudah ada beberapa pesawat yang terbang dengan menggunakan rune.

***

Matahari pagi terbit menyinari Falton, sinarnya menembus jendela kamar Carl dan Kenneth. Mereka berdua dan juga Putri Alice dan Louise sudah dibebaskan dari penjara tadi malam dan tinggal di rumah kosong. Pemilik rumah ini sudah meninggal karena perang jadi mereka bisa memakainya sebagai tempat menginap.

Kenneth sedang duduk di meja di sebelah jendela, ia memegang sebuah collector kecil dengan ujung seperti pena. Ia menuliskan rune di lengannya dengan alat itu, tidak lama kemudian kedua tangan kanan dan kirinya sudah dipenuhi simbol-simbol khusus.

“Hoahm, pagi Kak Kenneth.”

Carl meregangkan tubuhnya sambil duduk di samping tempat tidur, dia lalu mengucek matanya untuk membantunya bangun.

“Pagi juga, anak kesiangan. Cepat cuci muka sana, Putri Alice dan yang lainnya pasti sudah nunggu kita.”

Carl cepat-cepat mencuci muka lalu mengenakan pakaian yang lebih bagus daripada baju tidurnya. Setelah sarapan dengan hotdog yang terletak di atas meja, Carl dan Kenneth keluar dari kamar mereka di lantai dua menuju lantai pertama.

Rumah yang mereka tempati tidaklah terlalu besar, tapi lebih dari cukup nyaman untuk mereka semua. Di beberapa sisi tembok terlihat lukisan mantan pemilik rumah ini.

Putri Alice dan Louise sudah menunggu mereka berdua di lantai satu rumah itu. Louise yang menyapa mereka duluan.

“Selamat pagi Tuan Kenneth, dan Carl. Kalian sudah siap untuk perjalanan hari ini?”

Kenneth mengangguk, “Maaf kalau kami terlambat. Anak ini bangun kesiangan.”

Louise tertawa kecil, “Saya rasa wajar dia kelelahan apalagi kemarin dia sudah berusaha keras menyelamatkan tuan putri.”

Putri Alice melihat ke arah Carl sesaat, lalu ke Kenneth.

“Kalau kalian berdua juga sudah siap ayo kita ke lapangan terbang. Mereka sudah menunggu kita.”

Mereka berempat beranjak keluar dari rumah itu. Langit hari ini tidak memiliki awan untuk menghalangi cahaya matahari menghangatkan tanah. Di perjalanan mereka menuju bandara, mereka berpapasan dengan para warga setempat. Kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan dewasa, kalau pun ada pria muda mereka terlihat memiliki luka di tubuh atau kehilangan satu kaki.

Lihat selengkapnya