Bab 9: Ravendale
Ruang klinik Merope berdinding putih bersih, di satu sisi ruang ini terdapat rak berisi perban dan obat-obatan, sedangkan seberangnya terdapat ranjang putih. Carl sedang duduk di sisi ranjang sementara Judith mengaplikasikan obat merah dan perban di bekas lukanya. Carl mengerang saat Judith mengikat perban itu. Judith cuma menyuruhnya menahan sakit karena perban hampir selesai dipasang.
Setelah selesai, Judith memandangi perban lengan Carl sedikit lebih lama. Luka ini Carl dapatkan karena berusaha melindungi dirinya.
“Terima kasih, dan kerja bagus anak baru.”
“Sudah kubilang kan ini sudah tugasku sebagai anak buahmu, ketua.”
“Kalau dipikir-pikir, setengahnya ini salahku sih. Soalnya aku nggak waspada sama kemungkinan penembak di kursi kedua.”
“Oh iya, apa yang terjadi sama pesawat merah itu? Apa kau berhasil nembak dia?”
Judith menggelengkan kepalanya sebelum menjawab, “Sori tapi dia berhasil kabur. Aku juga lebih mikirin kamu yang jatuh darurat daripada mereka.”
Wajah Judith menjadi sedikit memerah.
“Maksudku, sebagai seorang ketua aku harus memastikan keselamatanmu lebih dulu sebelum menembak musuh.”
Mendadak pintu klinik terbuka dan Kenneth melompat masuk.
“Carl, kau gak kenapa-kenapa? Gimana kondisimu!?”
Kenneth bertanya sambil setengah berteriak.
“Aku gak apa-apa kok Kak Kenneth, cuma luka kecil di tangan aja,” Carl lalu mengangkat sedikit tangan kanannya untuk menunjukkannya pada Kenneth.
Pada saat itu Putri Alice juga masuk ke dalam ruang klinik, Louise mengikuti di belakangnya.
“Tuan Carl, apa anda masih bisa memiloti pesawat anda dengan luka seperti itu?” tanya Tuan Putri.
“Masih bisa kok, biarpun gak sebagus dulu. Tpi luka kayak gini sih bisa sembuh dalam beberapa hari aja, Tuan Putri.”
Judith membereskan perban dan obat merah ke dalam kotak P3K.
“Baiklah, kamu bisa jalan kan Carl? Lukamu memang gak butuh pengobatan serius, tapi kabari aku kalau kamu perlu ganti perban.”
“Ah, baiklah ketua.”
“Sekarang, klinik ini agak kecil dan mulai kebanyakan orang. Kalau kalian gak ada keperluan lain, aku saranin kalian ngobrolnya di luar aja.”
Mengikuti omongan Judith, Carl dan yang lainnya berjalan keluar dari klinik lalu menuju kafeteria. Judith sendiri tidak mengikuti mereka.
Selagi mereka bersantai, Merope terbang di atas pegunungan menuju ke barat. Tidak ada hambatan lain sesudah pertarungan mereka tadi,Will bisa menerbangkan Merope dengan tenang.
Matahari semakin mendekati cakrawala semakin lama Merope terbang di udara. Akhirnya langit sudah berubah warna seperti lukisan cat air warna jingga yang indah, dan saat itu juga para awak Merope bisa melihat asap hitam membumbung tinggi di dekat tepi gunung. Terlihat banyak lubang-lubang pertambangan di tepi gunung itu, asap tebal keluar dari smelter untuk memproses bijih besi.
Terdapat rel-rel yang keluar masuk dari lubang pertambangan itu untuk cart yang digunakan para pekerja. Selain itu juga ada jalur kereta api yang menuju ke sebuah kota kecil tak jauh dari situ, Ravendale. Jalur kereta api itu melewati stasiun kereta api Ravendale sebelum pergi ke Nachtigal.