Mata Will tertutup lemah saat dia bernafas untuk yang terakhir kali. Tubuh dan pakaiannya basah bukan karena keringat, tapi karena kolam darahnya sendiri. Alice tidak mengerti perasaan apa yang kini memenuhi dirinya, sedih kah? Marah kah? Duka karena kehilangan seseorang? Entahlah, Alice tidak mengerti. Tapi perasaan itu membuatnya meneteskan air mata di samping tubuh Will yang tidak lagi bernyawa.
Suasana Anjungan menjadi tenang, semua kru berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Kaca depan pecah, bekas peluru memenuhi tembok, sebagian kru terluka tembak, dan ada satu orang yang sudah tidak memimpin lagi.
Suara-suara pertempuran masih terdengar di luar. Deru mesin pesawat dan suara tembakan fighter masih memenuhi langit. Apa itu Carl dan Judith? Apakah itu musuh? Berapa banyak mereka? Apa kita akan diserang lagi? Bagaimana dengan Electra? Apa dia masih menyerang? Apa status Sky Manta? Apa dia harus kita tinggalkan?
Burung besar ini telah kehilangan kepalanya, tak lama lagi dia pun akan jatuh dari langit.
Benar.
Kalau dibiarkan, Merope akan jatuh.
Tapi.
Apakah dia akan membiarkannya?
“Laporkan status!”
awalnya para kru anjungan terlihat bingung dengan perintah itu.
“Aku bilang laporkan status!”
Salah satu kru memeriksa meteran di kursinya.
“Bola rune masih berfungsi, tidak ada kerusakan besar di pengaktif ether.”
“Bersiaplah untuk manuver menghindar, Electra bisa menyerang kapan saja! Bagaimana dengan yang luka?”
Salah satu kru menghitung jumlah orang di dalam anjungan.
“Dua orang luka parah, tiga luka ringan tapi masih bisa berjalan, sisanya tidak terluka.”
“Salah seorang, kau, bawa mereka ke ruang pengobatan segera!”
“Siap!”
“Apa ada yang melihat tim darat dan Tombak Creynel?”
“Tim darat dan Tombak Creynel terlihat ada di atas Sky Manta, tapi Sky Manta terus jatuh.”
“Dekati Sky Manta, kita akan menjemput tim darat.”
“Langsung dari Merope?” tanya salah satu kru.
“Ya, langsung dari Merope. Carl dan Judith sedang sibuk bertarung.”
“Siap!”
Menggantikan posisi Will, Alice berdiri di samping kursi kapten, satu tangannya memegang kursi itu untuk sandaran. Tidak ada satu kru pun yang mempertanyakan perpindahan topi kapten dari Will ke Alice.
“Sambungkan aku dengan Henry.”
Salah satu kru kapten mengotak-atik beberapa tombol dan kenop di mejanya, “Tunggu sebentar, kita sudah tersambung ... kapten.”
Alice mengambil mikrofon radionya lalu memberi kabar.
“”Henry? Will sudah gugur, untuk sementara aku mengambil komando di Merope.”