Buku Harian Ibu. 12 Mei, 1998. Pukul 10.00 WIB.
Niva, putriku tersayang. Buku harian Ibu, aku wariskan padamu, tepat ketika kau menginjak 20 tahun. Cukup usiamu untuk membaca semua kisah Ibu di masa muda. Engkau akan tahu semuanya tentang Ibu, selama ini dalam diam dan sangat rahasia.
Hari itu, pertama kali Ibu menjelma sebagai Nevkhadda, Wanita Kuat. Mei, 1998. Sebuah hari yang tak terlupakan. Ibu mencatat semua kejadian dengan rinci. Jakarta disulap menjadi kota kelam dan rusuh. Pembakaran toko, tempat ibadah, perusakan fasilitas umum. Ditambah kemunculan makhluk tak lazim. Pihak keamanan sangat sibuk menghadapi situasi kala itu. Mendahulukan mana yang lebih dulu harus ditangani. Monster atau demontrasi?
__________
Sirine berkumandang.
Area sepanjang kawasan blok distrik 13. Keruh asap dan sisa api berkobar. Terdapat polisi-polisi berseragam khusus, lengkap bersenjata laras pajang. Mereka bersiaga dalam mode penyergapan, mengepung sesuatu di balik kobaran api hitam sudut luar gedung museum yang sebagian sudah hangus dilahap api.
"Menyerahlah! Kau sudah dikepung!" seru pimpinan tim polisi khusus sambil menodongkan senjata api, para anggota regu tembak pun mengerahkan senjata masing-masing ke satu arah yang sama. Mobil polisi barikade memblokir segala arah. Hening kelam kobaran api menjawab suara lantang pengeras suara pimpinan polisi dalam aksi penangkapan.
"Menyerahlah!" teriak pimpinan polisi, lagi dan lagi.
Tidak lama kemudian, hening dijawab lantang suara geram disertai udara menerjang tim polisi.
Roaaaargh!!!
Membahana geram suara itu. Disusul getar jalanan sampai ke kaki-kaki barisan para polisi bersiaga di posisinya.
"Hati-hati, makhluk ini bukan manusia!" pekik pimpinan polisi khusus. Tetap memasang waspada, sejurus mata dan semua senjata mengarah pada satu titik target. Dari balik kepulan asap hitam menjulang tinggi gedung museum. Tampak sesosok bayangan merangkak.
Situasi mengancam, pimpinan tim polisi khusus, mengarahkan aba-aba.
"Tembak!!!"
Suara peluru berhamburan ke satu target sosok bayangan tinggi besar. Belum dapat dilihat pasti, makhluk apa itu. Namun empat kaki dan cakar yang besar, tampaknya bukan sejenis harimau atau singa. Namun lebih besar lagi.
Makhluk itu menerjang kobaran asap hitam dan menerkam jajaran polisi khusus.
"Aaaargh!!!"
Teriak kesakitan bertubi-tubi. Dalam sekejap, makhluk itu menerkam dan menghempas siapapun polisi-polisi bersenjata. Mereka berjatuhan. Senjata sia-sia terlempar kesana kemari. Tak mempan menembus makhluk itu. Kemampuan tim polisi khusus tak cukup menangani sosok apa yang hendak ditangkap.
"Aaargh ...," seseorang berseragam terhempas di jalanan aspal. Dia personil terakhir yang sadar, terluka patah kakinya. Cakar besar menyabet perutnya.