Ksatria Nevkhadda

JWT Kingdom
Chapter #2

2. Penjaga Artifak

Buku Harian Ibu. 13 Mei 1998. Siang, pukul 10.00 WIB.

Niva, Sayang. Tugas ibu sebagai Penjaga Artifak dunia lampau, tentu banyak musuh tak terduga. Ibu bertarung dengan Monster Kadal dan para penyihir. Mereka pemalu, tak berani terang-terangan menampakkan diri. Monster Petarung dari negeri lampau 10.000 tahun lalu, telah menginvasi kota ini. Museum itu, satu portal penghubung negeri ini dengan masa lalu.

Ibu harus menghadapi monster-monster reformasi!

__________

Suasana siang hiruk pikuk. Seluruh tayangan televisi dan radio dikuasai berita heboh tentang penyerangan makhluk aneh. Korban berjatuhan sudah tak terhitung. Tetapi, makhluk itu belum berhasil ditangkap.

"Kami menyebut makhluk itu sebagai Monster Kadal," kata seorang pembawa acara mengabarkan dari salah satu stasiun TV ternama, menayangkan dokumen foto di tempat kejadian, berhasil menangkap penampakan makhluk itu.

"Ih, mengerikan ...," celetuk orang-orang kebetulan singgah di salah satu kafe persimpangan jalan kota.

"Kawasan distrik 13, 14, 15, 16, 17, untuk sementara ditutup," lanjut pembawa berita TV. Pemilik kafe mengalihkan kanal telivisi namun berita serupa silih berganti. Hari itu, tersebar berita kemunculan makhluk berwujud raksasa kadal.

"Ah," resah seseorang lelaki muda, duduk di kursi sudut kafe. Ia menunggu kedatangan seseorang sejak tadi. Sembari mendengar para pengunjung membahas berita yang lagi rusuh saat ini.

"Orang iseng mana sampai tega membuat rusuh, terlebih saat kondisi serba susah?" kata beberapa orang dari media sedang nimbrung dalam jadwal makan siang. Semakin banyak orang berdatangan di kafe yang cukup luas dan lengkap itu. Tempat tongkrongan orang-orang kerja dan mengadakan temu janji. Hampir penuh kursi yang tersedia di kafe.

"Kita bagi tugas, sebagian dari tim akan meliput TKP pembakaran toko beberapa hari lalu, sebagian lagi mencari berita terkini tentang Monster Kadal," obrol mereka dalam rencana tugas.

Orang-orang datang dan pergi. Kafe ini sama sibuknya dengan kota yang dilanda rusuh. Bertarung dengan nasib dan segala kesulitan ekonomi, orang-orang bertahan hidup di era reformasi.

"Berhati-hatilah, jangan keluar malam-malam, apalagi sendirian," sahut orang-orang, terdengar jelas obrolan mereka oleh seseorang lelaki yang tengah duduk sendirian di sudut kafe.

"Bob!" tiba-tiba muncul seorang gadis dan mengejutkan lelaki itu.

"Lama sekali! Aku jamuran menunggumu," keluh lelaki itu, rupanya bernama Bob.

"Sorry, Bob. Traffic jam," jawab gadis yang datang itu.

"Yindha," kata Bob memanggil gadis itu, rekan kerja yang ditunggu sejak tadi.

"Berhati-hatilah, monster itu bukan rekayasa sekedar aji mumpung kerusuhan. Polisi banyak menjadi korban. Sudah 41 personil polisi khusus, mati mengenaskan," kata Bob, sama gencarnya membahas berita mengerikan itu.

Yindha mendesah nafas ringan. Dia jengah mendengar berita yang menyebar ke setiap telinga dan mata.

"Yindha, kau tidak takut?" tanya Bob merasa aneh, melihat ekspresi Yindha tampak tenang-tenang saja.

"Ada monster di kota ini!" pekik Bob tertahan.

"Sssh!" balas Yindha mengacungkan telunjuk di ujung bibir, "Mari kita bahas proyek saja," lanjut Yindha mengalihkan pembicaraan.

"Sampai di mana pekerjaan kita? Tim lapangan menangani artifak dengan identifikasi J-100. Lihatlah ini ...," kata Yindha, lalu menunjukkan beberapa lembar cetak foto warna, hasil jepretan kamera miliknya. Tampak dari foto-foto itu, senjata berwujud panah logam putih, seketika menyita perhatian Bob.

Lihat selengkapnya