Perlahan perjalanan mulai terasa sangat melelahkan, berputarkan rotasi ketidakpastian karena rasa yang terus digenggam. Itulah yang dirasakan wanita berkerudung biru muda dengan snacker dan rok yang sama warna dipakainya .
Langkah kakinya terhenti sejenak di bawah pohon rindang yang terdapat kursi di bawah pohon tersebut. Tarikan nafas terus di lakukan seakan ingin memasukan tenaga baru dalam tubuhnya. Setelah itu ia duduk termenung di kursi. Kursi selama ini selalu setia berada dibawah pohon ini. Berada di sana menemani pohon ketika hujan maupun panas .
Setidaknya pohon itu tetap menjaganya dengan dedauanan dan ranting jika panas atau hujan datang , walaupun tak sesempurna payung . Minimal sudah menjaga kursi tersebut secara total dengan apa yang pohon punyai.
Kesetiaan yang sama sama berjalan membuat nyaman yang duduk berada dikursi itu, panas yang tidak menyengat meskipun matahari datang , terlindung oleh daun daun dan tangkai tangkai pohon tersebut . Angin sepoi sepoi membuat yang duduk sangat menikmatinya .
Perlahan angin sepoi sepoi berubah datang menjadi angin besar dan menghantam pohon tersebut. Pohon itu menguatkan untuk kokoh berdiri keinginannya melindungi kursi yang selalu setia menemaninya . Angin kencang terus datang yang membuat wanita berkerudung biru muda itu beranjak dari kursi yang didudukinya. Kursi itu tetap setia menemami pohon yang daunnya jatuh berguguran dihempas angin kencang.
Dahannya patah dan jatuh menimpa kursi tersebut. Untunglah aku segera beranjak dari kursi tersebut, kalau tidak dahan itu sudah menimpaku .gunggam wanita itu. Di tunggunya angin kencang sampai berhenti . Setelah itu wanita berkerudung warna biru itu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Daun daun yang berguguran serta tangkai pohon jatuh menimpa kursi dan menutupi fungsi serta keindahan kursi tersebut. Wanita itu datang kembali mendatangi kursi yang sudah tertutup daun daun dan ranting yang berjatuhan dari pohon karena angin kencang .