KUCOBA MELAWAN TAKDIR

Senja
Chapter #1

AWAL MULA

Tumor Otak merupakan salah satu penyakit ganas yang penderitanya jarang bisa bertahan. Meski demikian bukan berarti mereka yang mengidap penyakit ini tidak bisa sembuh. Bisa kok Tapi dokter di belahan dunia mana pun pasti memberikan fakta yang sama. Tingkat kesembuhan penderitanya hanya 20 persen saja. Dan kenyataan ini yang membuatku sesak.

Aku didiagnosis Hidrosefalus (hydrocephalus) dimana kondisi penumpukan cairan di dalam otak yang mengakibatkan meningkatnya tekanan pada otak. Dalam arti harfiah dari penyakitku ini adalah " cairan otak." Cairan serebrospinal biasanya mengalir melalui ventrikel dan menggenangi otak serta tulang belakang

Seperti biasa hari-hari aku jalani dengan rutinitas yang tidak banyak berbeda. Aku adalah seorang dokter di rumah sakit swasta ternama di daerah DKI, pasti rutinitasku setiap hari berjibaku dengan banyak pasien. Karena aku juga masih menyandang gelar dokter umum, jadi pasien yang ku tangani juga berbagai macam penyakit. dari yang sakit flu biasa sampai pasien yang sudah koma.

Hampir setiap hari di masa-masa dinasku, aku fisit dari kamar pasien satu ke kamar pasien lainnya. Memeriksa keadaan pasien dengan bercakap-cakap bersama keluarganya dan tentu saja sama pasien itu sendiri. Setiap hari aku selalu memberi motivasi dan semangat kepada pasien-pasienku untuk tetap berjuang sampai titik akhir. Aku jalani semua dengan penuh semangat dan penuh tanggung jawab. Apalagi aku punya tanggungan yang cukup berat dipundakku selesai berdinas.

Ya, aku mempunyai beberapa anak ABK yang sengaja aku rawat karena keterbatasan mereka yang mengharuskan orangtuanya memilih mengasingkan mereka. Entahlah akupun tak habis pikir kenapa orang tua mereka tega mengasingkan anak-anak penghuni surga itu tanpa rasa bersalah. Disini aku bukan hanya merawat anak ABK saja namun ada juga dua orang anak yatim piatu yang aku rawat.

Kembali lagi kerutinitasku.

Hari itu tepatnya hari jumat aku free tidak berdinas, sengaja aku habiskan waktuku bersama dengan anak-anakku dirumah yang sudah aku bangun dengan jerih payahku sendiri beserta dua orang sahabatku untuk mereka. Hari itu aku benar-benar merasa puas bermain dengan mereka, sampai tidak terasa waktu sudah sore. Dan akupun harus segera pulang kerumahku dikawasan cipayung Depok.

Ya,, karena rumah anak-anakku beda tempat dengan rumah pribadiku, Jadi aku tidak bisa setiap hari bermain bersama anak anak-anak penghuni surga itu.

Disaat aku berpamitan kepada para shadow dan anak-anak, ada seorang anak yang memang kebetulan sudah dekat sekali denganku. Ia bernama Aksal seorang anak downsindrom.

"Ma...mama...." Panggilnya sembari mendekat dan berusaha mencopot hijabku.

"Iya sayang ada apa nak..." Jawabku sambil memegang jemarinya yang masih berusaha keras mencopot hijabku.

"Aksal tidak boleh begitu dengan mama." Sahut shadow Aksal yang bernama nisa disertai dengan gerakan tangannya.

Ya,, disini kita belajar sabar, menghadapi anak-anak ABK ini, dan kitapun harus komunikasi dengan kata-kata baku dan pelan, agar mereka mengerti maksud kita, walau memang susah untuk mereka pahami. Tapi karena kasih sayang dari kita yang tulus tidak sedikit dari mereka paham dan mengerti antara kata "Tidak dan Iya".

Kembali ke Aksal.

Aksal yang berusaha mencopot hijabku tiba-tiba menangis.

Lihat selengkapnya