βDengar kamu panggil namaku, aku langsung senang. Aku kuat nahan malu, sekalipun yang kamu maksud bukan aku.β
-Azura Lakusaba-
π π π
AZURA menghembuskan nafas berat. Semua memori kenangan masa SMP masih terbesit jelas, sulit dilupakan. Mengenai semuanya, Rafi, Nendra, Zahra, Syafi, termasuk Zane.
Sekarang disinilah dia. Sekolah baru, teman baru, nuansa baru. Hanya beberapa ia kenal disini, Zahra dan Iza, teman seperjuangannya dulu. Tak menutup kemungkinan mereka takkan seakrab dahulu, ditambah sebuah fakta bahwa sekarang adalah era teman musiman.
Azura berjalan meninggalkan kelas, tujuannya hanya satu, Zahra. Di ambang pintu ia berpapasan dengan seorang cowok, menghalangi jalannya.
Dahi Azura berkerut ketika mengamati sosok itu yang tak bergeming dari tempatnya. Wajahnya begitu familiar di dalam ingatan Azura.
"LO!"
"LO!"
Mereka saling melempar pandang dengan menunjuk kearah wajah. "Ngapain lo disini ?" Tanya Azura berkacak pinggang.
"Udah tau ini sekolahan. Ya jelas gue mau sekolah lah," ujarnya pedas. Cowok itu adalah Anthon, salah satu the most di SMP nya dulu. Bagaimana bisa, cowok seperti dia bisa sekolah disini ?
Mata Azura melirik kearah Anthon sekilas. "Lo, masuk kelas apa ?" Tanya Azura acuh.
Yap, dari SMP Azura telah menyimpan beribu cercaan tak tersampaikan pada sosok di depannya ini. Anthon selalu saja mengganggu Azura di setiap langkah, dengan membawa-bawa nama Rafi. Hal itulah yang membuat Azura memberikan gelar 'Makhluk Astral' pada Anthon.
Azura masih menunggu jawabannya. Semoga aja, gue gak sekelas sama dia Ya Allah, batinku berdoa.
"IPA 4."
Glekk..
Astagaaaa, kenapa dia sekelas sama gue sih, umpat Azura dalam hati. "Oh, ya udah. Cuma nanya."
Anthon sedikit termangu melihat jawaban cewek itu. Dia yang nanya, dia juga yang sok cuek. Tangan gue gatelkan jadinya, batin Anthon.
π π π
Hari ini benar-benar membuat mood Azura jelek. Dari awal dia bertemu Anthon, Azura sudah mencium aura negatif akan terjadi di pagi ini. Ia masih tidak rela harus sekelas dengan Anthon, bahkan bersebelahan tempat duduk.
Anthon adalah moodbreaker paling ampuh untuknya. Tapi setidaknya ada hal positif yang ia dapat di hari ini yaitu mendapat teman baru, Fina dan Gia.
"Yura!" Azura menoleh kearah suara, berbarengan dengan sosok cowok yang duduk tepat di depannya. Matanya melirik sekilas ke cowok itu, beralih ke arah Lia -teman sekelas-.
"Lo manggil Yura gue, apa Yura dia ?" Tanya cowok itu tajam. Lia yang memanggil hanya terkekeh kecil.
"Gue manggil Yura cewek, bukan Yura cowok."
Yuara Wardhana, cowok bad boy di dalam kelas Azura. Saat perkenalan dia menyebut nama akrabnya dengan, Yura. Sontak Azura yang mendengar itu langsung mengamatinya lamat-lamat.
Yuara kembali ke posisi duduknya semula, menghadap papan, bersikap cuek akan sekitar. Azura tak habis pikir, Yuara yang memiliki tampang biasa saja bisa membuat anak kelas lain jatuh cinta. Termasuk Zahra.
Jika di amati lagi, tak ada hal spesifik yang menarik untuk di kagumi. Terkesan menyebalkan, sarkastik, dan kadang jail. Apa mungkin gara-gara, Yuara anggota tim basket ? Astaga, apa tak cukup di novel dan sinetron saja, anak basket jadi idola di sekolah ?
Yuara memutar duduknya, menghadap ku. "Lo, ganti nama dong, Yura. Nama lo kan, Azura. Panggil Zura kan bisa."
Alis Azura terangkat sebelah, nih anak cerewet banget. "Harusnya kan lo, Yua. Ngapain lo dipanggil Yura ? Jelas-jelas nama lu Yuara. Lo mau iritin satu huruf ?" Tandas Azura tak mau kalah.
Mereka saling melempar tatapan tajam, tak peduli Anthon sedang mengamati keduanya dari sebelah.