“Halo saya Edison dari jurusan Bisnis tingkat tiga. Pada beberapa minggu awal semester ini saya izin berhenti dulu untuk menyelesaikan magang, jadi para anggota baru mungkin tidak mengetahui saya. Mari bekerja bersama.”
Aster berpikir bahwa ternyata lelaki ini lah yang disebut sang lantera tim voli pria. Penyebab dari beberapa perempuan yang dia kenal masuk unit voli. Walau tidak bermain bersama, lapangan mereka bersebelahan. Pasti teman-temannya ini berharap untuk dapat mencuri lirikan ke tim pria. Benar-benar bagaikan cahaya dan ngengat-ngengat yang mengelilingi lampu. Aster menahan tawanya ketika memikirkan gambaran itu.
Setelah pemanasan, latihan fisik juga teknik, Aster dan beberapa temannya yang tidak terpilih untuk main di lapangan, duduk menonton.
“Wah jump servenya Kak Leo serem banget ya,” ujar Clara di samping Aster.
“Eh eh tapi gue dengar Kak Edison itu ngeri lho. Walau nggak sekuat Kak Leo, suka ngejatuhin bola di tempat yang nggak enak diterima,” saut Bella. Mereka berdua sepertinya lebih tertarik menonton permainan di lapangan sebelah. Sementara, Aster sedang memperhatikan kakak tingkatnya melawan beberapa dari anak baru di lapangan mereka sendiri.
Bukannya tidak tertarik, tapi Aster pikir kalau sampai bisa jadi pemain inti, Aster perlu mengetahui perilaku, sifat, dan kebiasaan timnya. Kemungkinannya kecil terjadi karena Aster lebih sibuk dengan jurusannya dan prioritasnya di situ. Namun, apabila bisa berkontribusi sekecil apapun misal sekedar observasi pun, Aster akan lakukan. Aster sudah memilih unit ini maka dirinya tidak mau menjadi beban atau tidak serius terhadap ini.
Peluit dari lapangan sebelah berbunyi menandakan selesainya pertandingan antar anggota baru dan lama di sebelah.
“Lapangan ini belum selesai ya?” tanya Edison yang mendatangi Aster dan teman-teman di kursi tunggunya. Clara dan Bella langsung kaget dan tersipu-sipu.
“Oh ya nama kalian siapa? Saya sudah berkenalan dengan anggota-anggota di sebelah tapi yang di sini belum.”
“Gue Bella! Dari jurusan Arsitektur.”
“Nama saya Clara Kak dari jurusan Bisnis juga.”
Mereka berjabatan tangan dengan Edison. Aster hanya terdiam ketika Edison berbasa-basi mengenai teman-temannya di jurusannya bersama Clara. Lama kelamaan Aster mulai bengong. Namun, saat dirinya melihat Edison menoleh ke arahnya, Aster kembali fokus. Mereka sudah selesai berbicara.
“Namaku Aster, dari jurusan Seni Rupa.”
“Seni rupa ya? Baru beberapa hari yang lalu ada pameran dari jurusan itu”
“Ya Kak, aku salah satu panitianya,” jawab Aster sambil berpikir bahwa sepertinya Edison tidak mengenalinya. Sementara Aster masih teringat-ingat dengan pembicaraan mereka di pameran.
“Dosen yang suka pakai topi detektif itu masih ada tidak?” tanya Edison. Aster terkejut dengan pertanyaan itu.
“Kok Kakak tahu?”
“Masih ada ya? Dulu saya punya teman dekat yang kakak tingkat di jurusan Seni, namun dia sudah lulus. Banyak komentar yang teman saya lontarkan soal Bapak yang itu. Lucunya malah jadi pembimbing tugas akhirnya.”
“Oh seperti itu,” Aster bingung cara merespons hal tersebut. Sebelum Clara dan Bella sepertinya mau mengangkat topik lagi, Edison memotong mereka.
“Maaf saya mau kembali ke lapangan terlebih dahulu ya. Sampai bertemu nanti.”
Edison kembali duduk di lapangan sebelah. Anggota-anggota tim pria lainnya sedang pendinginan, Edison hanya ikut duduk di lantai, terlihat lelah. Senyuman yang tadi dipakai di depan Aster dan teman-temannya sudah tidak terlihat lagi jejaknya.
‘Apakah sebenarnya dia introvert? Atau kecapean voli aja ya?’ pikir Aster.
Leo menepuk bahu Edison sambil mengatakan kerja bagus sudah berkenalan dengan semua anggota baru. Aster tidak bermaksud untuk memperhatikan pembicaraan itu tapi pendengarannya memang selalu bagus.
Merasa sudah cukup mengobservasi Edison, Aster kembali memperhatikan pertandingan di lapangannya dengan penuh konsentrasi.
Setelah segala rangkaian unit selesai, tim perempuan dan pria berkumpul untuk evaluasi. Aster mendengarkan baik-baik arahan dari Leo, Sabrina, dan pelatih mereka. Hari ini evaluasi tidak terlalu panjang tapi pelatih mengabarkan bahwa akan ada kompetisi sebentar lagi.
Semuanya bersiap-siap pulang. Para anggota tim pria menawarkan dan memastikan semuanya aman dalam perjalanan pulang. Aster hanya mengatakan dia akan naik bus ke arah Jalan Lavender. Saat Aster mau keluar dari gym, Edison datang mendekati.
“Kita searah,” ujar Edison di sebelahnya.
“Aku kira, nggak tahu ya, tapi Kakak bakal naik mobil sendiri.”