Kuberikan Abu dan Hujan

Nunonuno
Chapter #10

Nirmana, Tidak Ada Arti tapi Mengandung Unsur-Unsur Penting dalam Komposisi, Mungkin itulah Pertemuan ini. (3)

Pelatih voli memberikan pengumuman bahwa  tim pria akan ikut kompetisi antar kuliah. Aster bersama Bella dan Clara ingin menonton pertandingannya nanti. Selesai evaluasi akhir latihan, Aster yang sedang duduk bersama teman-temannya didatangi Edison.

“Halo Aster,” sapa Edison.

“Halo panda,” jawab Aster setelah melihat kantung mata Edison. Bella berusaha menahan tawanya. Clara menepuk ringan bahu Bella agar dirinya tidak tertawa terlalu keras.

“Salam panda satu ke panda dua. Aku mau bertanya hari Minggu kosong tidak?” 

Aster tidak menyalahkan Edison ketika memanggilnya panda juga, karena dirinya juga kurang tidur setelah selesai UTS. Aster mendengar bisikan antara Bella dan Clara. Di muka mereka terdapat senyuman yang terlalu lebar, Aster pikir.

“Kosong, Kak, ada apa?” 

“Mau menemaniku menjadi beruang gua tidak? Ada pekerjaan yang kuharus lakukan tapi mau pergi ke tempat yang sepi. Jadi mau ke perpustakaan.”

Aster sudah cukup yakin nanti akan ada gosip beredar kalau seperti ini. Namun, lama-lama Edison seperti tidak peduli. Maka Aster juga tidak masalah karena yang perlu jaga image adalah Edison.

“Tapi kalau ada aku, kan jadinya tidak benar-benar bisa menyendiri?”

“Kalau kamu nggak apa-apa. Aku butuh orang untuk memastikan aku bangun.” 

“Boleh Kak. Aku juga harus ngerjain tugas teori.”

Aster melihat Leo merangkul bahunya Edison. Edison terlihat biasa saja dan sama sekali tidak terganggu.

“Ini sudah terlalu lama dipertanyakan kita semua. Sebenarnya kalian itu pacaran atau apa?” tanya Kak Leo. Semua orang di lapangan seketika menjadi hening. 

Aster tetap bermuka datar seperti biasa tapi dirinya juga penasaran dengan jawaban yang Edison akan beri. Tidak terduga oleh Aster, Edison tidak menyingkirkan lengan Leo yang berada di bahunya, hanya melipat tangan di dadanya. 

“Belum,” jawabnya dengan singkat. 

Setelah itu, Edison pamit pulang duluan seolah tidak mendengar sorakan dan kehebohan dari kedua tim voli.

Aster tertegun, jawabannya belum bukan tidak. Tidak mungkin itu hal yang dia pikirkan kan?

“Ya ampun Aster apa-apaan itu!” teriak Bella sambil memegang kedua bahu Aster dan digoyang-goyangkan. 

“Aku kaget Kak Edison seberani dan seterus terang itu,” ujar Clara.

Aster tidak mau memikirkannya lagi. Dirinya lelah dan hanya ingin pulang dan tidur. Namun, tidak bisa dipungkiri ada sisi di dalam dirinya yang merasa senang. 

Pada hari Minggu, setelah ke perpustakaan pagi-pagi mereka pergi makan siang. Edison menawarkan mengantar Aster sampai rumah. Aster hanya mengatakan boleh.

Sesampainya di depan rumahnya, Aster bertanya-tanya apa yang dipikirkan Edison. Pasti rumahnya tidak sebanding sama sekali dibanding rumah mewah Edison yang disebut Angelo. 

Lihat selengkapnya