Kuberikan Abu dan Hujan

Nunonuno
Chapter #12

Warna Melebur bagaikan Cat Air, Merambat Bercampur hingga Menjadi Sebuah Karya. (2)

Semester baru telah datang dan sekarang Aster sudah berada di tingkat dua. Aster sedang berjalan ke kelas mata kuliah pilihannya yaitu kuratorial. Pada semester satu dia memilih mata kuliah kerajinan yang membuatnya bertarung dengan kawat. Selain itu juga dirinya mengambil mata kuliah Sejarah Seni. Semester dua dia mengambil mata kuliah patung.  

Saat masuk kelas Aster melihat muka yang tidak asing. Edison pun menghadap dirinya dengan mata yang melebar. Edison duduk di sebelah teman se jurusannya sepertinya. Jadi Aster hanya bisa bertanya nanti setelah kelas. Aster mengambil kursi di baris tengah dan memulai mencatat pelajarannya.

Setelah selesai, Edison yang duduk di baris belakang datang bersama temannya.

“Halo Aster, ternyata ngambil mata kuliah ini juga semester ini?” tanya Edison. Temannya hanya tersenyum lebar di belakangnya.

“Ya Kak, aku lebih kaget Kakak ada di sini. Kalau aku kan wajar,” jawab Aster sambil membereskan catatannya dan memasukkannya ke tas kembali.

“Ingin mencoba saja, siapa tahu aku bisa buka bisnis ke arah Seni. Kalau tidak cocok yang paling ini nanti buat nilaiku saja,” jawab Edison sambil melihat jam tangannya lagi. 

“Eh kenalan dong aku Ryan!” temannya Edison mengulurkan tangannya. Aster menjabat tangan sambil memperkenalkan diri.  

“Aku harus pergi dulu Aster, sampai ketemu saat voli nanti.”

Aster melambaikan tangannya sambil melihat Edison melakukannya dengan tenang sementara Ryan dengan semangat. Ryan kemudian merangkul Edison dan membawanya pergi dengan lebih cepat. Sungguh penampakan yang lucu, Aster pikir.

Sesampainya Aster di unit voli, latihan hari ini lebih intens dari sebelumnya. Beberapa dari anggota baru juga masuk ke tim cadangan. Di saat pelatih berpindah ke tim sebelah, Aster dan Kak Sabrina membantu latihan anggota tim lainnya.

Selesai latihan Aster hanya merasa lelah. Dirinya menyender ke Bella yang entah bagaimana masih banyak energi. Padahal dia anak Arsitektur yang sibuk dengan tugas juga, Aster pikir. Aster melihat Clara berbicara dengan Kak Leo dan dirinya tersenyum. 

Edison di kejauhan sedang berbicara dengan Finley. Tidak disangka Finley yang sangat pemalu itu bisa mengobrol nyaman dengan orang seperti Edison. Memang bekerja sama pada tim itu membuat perubahan pada dinamika hubungan orang.

Setelah selesai evaluasi Aster membawa tasnya dan pergi ke Edison.

“Hari ini Kakakku mau menjemputku ke sini, supaya tidak canggung mungkin jangan barengan Kak.”

Edison hanya mengangguk dan menunggu Aster pulang duluan. 

“Eh, kamu anak kecil sini!” 

Aster mendengar suara kakaknya, Florian, memanggil. Dirinya pamit dengan semua teman-temannya dan Edison.

Saat mendekat Florian langsung menggosok-gosok kepalanya sampai rambut Aster berantakan. Lalu Aster dirangkul. Memang Florian dari dulu energinya banyak. 

Coach! apa kabar?” teriak Florian dari pintu masuk. Pelatih voli langsung mengenalinya dan mendatangi mereka.

Florian dan pelatih berbasa-basi panjang lebar dan Aster hanya mendengarkan. Lama-lama tidak bisa konsentrasi juga sayangnya.

“Oke pamit dulu coach! Anak ini sudah mengantuk.” 

Aster sedang berpikir mengetahui paras tampan kakaknya, yang akan ada lagi adalah desas desus antara anggota-anggota tim putri. Sekarang saja sudah mulai terdengar bisikan-bisikan dari teman-temannya.

“Dadah Edison, Leo, Sabrina, Jasmine dan yang lainnya!” sebut Florian. 

Aster merasa harusnya tidak terkejut kakaknya kenal Edison, tapi tetap saja canggung. Florian beda 4 tahun dengannya yang berarti berbeda 2 tahun dengan Edison. Selama kakaknya di unit voli dulu, Edison pasti merupakan adik tingkatnya.

Saat di bus, Florian bersenandung kecil sambil tersenyum lebar.

“Jadi apa ini yang aku dengar soal Edison dekat denganmu?” 

Lihat selengkapnya