Aster berjalan melewati gang dekat Rumah Sakit Matsuoka untuk pergi ke pameran Angelo di taman pusat kota Evenfall.
Di pandangan periferalnya, Aster melihat warna yang mencolok. Aster terhenti untuk memperhatikannya. Terdapat lukisan sosok berwarna putih dan hitam di dinding gang. Sisi warna putih itu dipenuhi bunga berwarna-warni. Sementara di sebelahnya dipenuhi warna monokromatik, pemandangan yang terlihat kering seperti di musim salju.
Menurut Aster, siapapun yang menggambar ini pasti mempunyai bakat yang besar. Gambar ini seperti hidup. Selain itu juga secara teknik sangat unik. Sesuatu yang tidak akan dicapai orang biasa seperti Aster.
“Ini gambarnya Kak Lily, dari dulu dia keren ya.”
Aster berputar ke belakang dan melihat Liam bersama anak seumuran dia yang berdiri di sebelahnya. Mereka sama-sama menggunakan seragam Yellow Maple. Pada titik ini Aster sudah tidak mau bertanya lagi bagaimana Liam mengenal Lily. Aster menyadari koneksi antara Liam, Edison dan beberapa orang di kota ini sangat luas.
“Saya lagi mau ke pameran Kak Angelo. Kakak juga mau ke sana?” tanya Liam sambil jalan mendekat. Temannya Liam juga mengikuti dengan jalan yang agak berjungkit-jungkit. Sepertinya anak yang tidak bisa diam.
“Ya. Mau ke sana bareng?”
“Boleh, nggak apa-apa kan Lucas?” tanya Liam ke teman di sebelahnya. Anak itu hanya tersenyum lebar dan mengangguk. Lucas mengulurkan tangannya.
“Kak perkenalkan saya Lucas Matsuoka! Kakak namanya siapa? Kenal Liam dari mana?” ucap Lucas dengan sangat cepat.
Aster memproses nama belakangnya Lucas. Seingat Aster penulis buku itu namanya Clarence Matsuoka dan merupakan anak dari dokter Matsuoka. Dirinya tidak salah dengar kan? Tidak mungkin anak semuda ini menulis buku itu. Mungkin dia salah satu kerabat lainnya?
“Namaku Aster. Aku kenal Liam saat kerja paruh waktu di Cafe Blooming Dawn. Tahu-tahunya sama-sama kenal Edison juga, ” jawab Aster sambil menjabat tangan anak itu.
“Oh iya Kak Edison… haha… kakak yang itu.”
Lucas terlihat agak pucat sambil tertawa dengan gugup.
“Maaf Kak, dari kecil Lucas agak terintimidasi dengan Kak Edison,” ujar Liam, menjelaskan reaksi Lucas ke Aster.
“Dulu saat kakakku lagi mencari ide untuk menulis buku Kak Edison suka ke rumah. Kakakku, berkonsultasi apa yang kira-kira bisa membantu anak-anak muda sekarang dan lain-lainnya. Tidak penting sih pokoknya dia seram.”
Lucas memeluk dirinya sendiri dan merinding. Aster sedang menyerap informasi, berpikir bahwa mungkin ini adiknya Clarence. Mungkin.
Mereka berjalan bersama sampai di ujung gang. Lucas langsung berlari ke arah taman mencari mesin penjual otomatis minuman karena haus. Liam berjalan dengan santai.
“Dia energinya selalu besar, saya selalu ngikut saja di belakang,” kata Liam. Aster yang berjalan di sampingnya menoleh.
“Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Aster. Liam menganggukkan kepalanya.
“Mengapa Citrine?”
Aster langsung menghentikan langkahnya ketika Liam terdiam. Aster selangkah di depannya.
“Bukan apa-apa sih Kak. Saat melihat Kakak aku jadi ingat warna yang seperti warna Citrine saja.”
“Oh? Kalau begitu Lucas apa?”
“Jingganya matahari.”
Kalau Aster pikir-pikir lagi, memang cocok sekali matahari dengan anak itu.
“Kalau Edison?”
“Indigo. Warna yang sering dikira biru atau ungu, tapi nyatanya bukan.”
Aster berpikir senyumnya Liam selalu misterius. Seperti selalu mengetahui hal yang lebih dari lawan bicaranya. Sebagai yang berbicara dengannya, seperti tidak bisa membaca Liam sepenuhnya. Liam mulai melangkahkan kakinya, melewati Aster.
“Saya suka ketika warna Citrine dan Indigo bersama. Kombinasi yang enak dilihat.”
Aster terdiam di tempat, melihat Liam berjalan menjauh ke arah Lucas. Aster mendengar notifikasi ponselnya saat membuka ada pesan dari Amy dan teman-teman lainnya. Aster juga yakin Edison sudah di sini karena katanya Edison kenal Angelo.