Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #8

08-Kecurigaan Edeng Terhadap Ibu Angkatnya

 

"Kamu hanya sekadar ditakuti!"

“Kok bisa, sih, Pak?” tanya Gernis penasaran.

“Karena kalau dia berniat jahat padamu, sudah pasti dilakukannya jauh sebelum kamu bertemu para penyadap karet itu. Karena kamu kan lama berjalan di bagian jalan yang kosong dan gelap,” jelas Pak Ceknang.

“Ya juga sih, Pak,” sahut Gernis maklum.

"Aneh sekali. Apa maksudnya?” sambung Gernis lagi.

"Apakah rangkaian peristiwa beberapa hari ini ada kaitannya?" desis Pak Ceknang bingung.

"Sekarang ini aku belum bisa memastikannya, Pak!" tukas Edeng. "Tapi naluriku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres di perkebunan ini dan semua peristiwa ini saling berhubungan. Dan dapat kupastikan—maaf—keluarga Bapak mungkin jadi sasaran!"

"Padahal rasanya aku tidak punya musuh. Lalu apa yang diinginkannya?"

"Mungkin ada hal lain yang didapatkannya, Pak," tukas Edeng.

"Inilah yang membuat saya tidak habis mengerti, Nak Edeng," kata Pak Ceknang sambil menatap ke arah luar jendela. "Rasanya saya cukup baik dengan setiap orang!"

Selagi mereka asyik berbicara, Marulina, istri muda Pak Ceknang, keluar membawa minuman. Roknya pendek sekali, sehingga ketika dia berjongkok menghidangkan minuman, tanpa sengaja bayangan celana dalamnya terlihat dan kebetulan mengarah ke tempat Edeng.

Edeng cepat mengalihkan pandangannya dan pura-pura tidak melihatnya.

"Karena pembantu tidak ada, terpaksa semuanya dilakukan sendiri," katanya. "Mari, diminum!"

"Lalu sekarang bagaimana, Pak?" tanya Gernis.

"Untuk sementara, kita lihat perkembangan dulu," kata Pak Ceknang.

"Atau kamu punya pendapat, Nak Edeng?"

"Rasanya sementara ini, saya tidak tahu harus berbuat apa, Pak!" jawab Edeng tidak mau berkata sejujurnya di hadapan Nyonya Marulina ini.

Entah mengapa, Edeng rasanya tidak percaya dengan istri muda Pak Ceknang. Padahal sebenarnya di benaknya sudah ada suatu rencana. Tetapi dia enggan mengungkapkannya di depan Nyonya Marulina.

Dia pun merasa heran dengan perasaannya. Padahal sebetulnya dia tidak ada masalah dengan Nyonya Marulina. Istri muda Pak Ceknang ini pun selalu baik padanya.

Hanya saja Edeng agak heran, akhir-akhir ini sikap Nyonya Marulina agak berubah. Cenderung genit. Hal ini terjadi sejak kepulangannya dari tempat orang tuanya. Kalau sebelumnya hal-hal bersifat genit itu tidak pernah diperlihatkannya.

Setelah berbicara panjang lebar, Pak Ceknang dan istrinya meninggalkan ruangan itu.

Tinggallah Edeng dan Gernis yang masih asyik berbincang-bincang.

"Gernis!" seru Edeng setengah berbisik.

"Ya, Mas?"

"Kamu pakai ini!" kata Edeng sambil membuka kalungnya.

"Mengapa, Mas?" tanya Gernis dengan hati berdebar. Apakah tanda cinta? pikirnya.

"Kamu pakai saja!"

"Tapi saya kan sudah memakai kalung!”

Lihat selengkapnya