Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #14

14-Nyonya Marulina Palsu

 “Benar, kamu benar, Nak Edeng. Memang ada hal yang berubah dengan istriku,” desah orang tua itu akhirnya.

“Apa itu, Pak?” tanya Edeng ingin tahu.

Wajar saja dia bersikap seperti ini, penuh tanda tanya. Apakah perubahan ini sesuai dengan perkiraannya?

“Dia sekarang sepertinya jadi pelupa,” jelas Pak Ceknang dengan perlahan.

“Tepat! Itulah yang kumaksudkan, Pak!” ujar Edeng senang. Tepat seperti perkiraannya.

“Mulai kapan itu terjadi, Pak?” tanya Edeng lagi.

“Sejak kepulangannya dari rumah orang tuanya.”

“Apakah Bapak tidak curiga sesuatu?” desis Edeng sambil menatap wajah orang tua itu.

“Curiga tentang apa?” jawab Pak Ceknang dengan kening berkerut.

“Tentang perubahan diri Nyonya itu, maksudku!”

Tampak Pak Ceknang merenung sebentar. Memang selama ini dia sudah merasa curiga, istrinya banyak pelupa, seolah dirinya adalah orang lain. Tapi Pak Ceknang susah mengungkapkannya, karena zaman sekarang hal seperti itu mustahil.

“Aku memang merasakan sesuatu yang aneh. Tapi aku tidak tahu apa itu!”

“Suara hati Bapak memang sudah mengingatkan. Sebab saya takut yang ada di rumah sekarang ini bukanlah Nyonya!” ujar Edeng perlahan, sambil menatap orang tua itu kembali.

Berdesir darah orang tua itu. Kelihatan sekali perubahan pada wajahnya. Tapi sebagai orang yang mampu mengendalikan diri, tak lama kemudian wajahnya tenang kembali.

“Maksudmu, yang sekarang ada di rumahku bukan istriku, begitu?”

“Betul, Pak. Saya khawatir Nyonya Marulina ini palsu.”

“Berarti istriku sudah...,” kata Pak Ceknang tiba-tiba saja merasa sedih.

Sebab dia pernah mendengar cerita, jika seseorang berubah wajah menyerupai orang lain, maka orang yang diserupai itu harus dibunuh terlebih dahulu.

Edeng tahu perasaan orang tua itu. “Perasaanku mengatakan jika Nyonya Marulina yang asli belum pulang,” hiburnya.

“Jadi masih hidup?”

“Ya, Pak…”

“Apa perlu kita suruh orang menghubunginya?”

“Untuk sementara ini jangan dulu, Pak. Kurasa Ibu lebih aman tetap di sana…” saran Edeng.

Pak Ceknang menarik napas lega. “Pantas sikap dan perangainya jauh berubah,” desis orang tua itu.

Termasuk juga dalam persoalan seks. Istrinya sekarang jauh lebih ganas dan sepertinya tak bosan-bosannya meminta. Tapi yang satu ini tidak mungkin dia ceritakan pada Edeng. Manalah mungkin rahasia sensitif begini orang luar sampai tahu.

“Kamu bisa begitu yakin, Deng?” tanyanya, mengalihkan bayangan pikirannya tentang liarnya istrinya yang membuatnya lelah.

“Guruku yang menceritakannya...”

“Gurumu…?” tanya orang tua itu kaget dengan wajah keheranan.

“Maaf, Pak! Saya tidak pernah cerita kalau selama ini saya berguru dengan seseorang,” desis Edeng dengan perasaan bersalah.

“Siapa nama gurumu?”

Lihat selengkapnya