Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #16

16-Obat Tidur Super Kuat

16- Obat Tidur Super Kuat

        

Pak Ceknang menatap tali pancing yang terletak di atas batu di depannya. Di samping orang tua itu terlihat Edeng yang juga sedang asyik memperhatikan tali pancingnya. Keduanya memancing memakai pancing gulungan dan juga pancing yang menggunakan joran. Sekali-sekali tangan kedua orang itu bergerak untuk menepuk nyamuk yang memang banyak berkeliaran di sore hari begini.

Memancing merupakan hobby pak Ceknang semenjak kecil. Dulu, pagi pagi sebelum berangkat sekolah, Pak Ceknang biasanya memancing terlebih dahulu. Sampai sekarangpun sering orang tua itu menyempatkan dirinya untuk pergi memancing dan Edeng selalu setia menemani.

Pak Ceknang mengisap rokoknya beberapa kali sebelum membuangnya ke sungai. Di sekitar itu tidak terdapat orang lain. Pak Ceknang sengaja memilih tempat yang sepi. Di Kalimantan memang tidak susah mencari tempat-tempat yang kosong, karena daerahnya yang luas dan penduduknya yang jarang.

Luas pulaunya saja kurang lebih 743,330 km2 atau enam kali pulau Jawa, atau hampir dua kali lipat pulau Sumatera, namun pada tahun 2025 ini penduduknya hanya sekitar 17 juta saja. Sementara pulau jawa penduduknya adalah 157 juta jiwa dan pulau Sumatera penduduknya adalah 61 juta jiwa.

Jadi bisa dibayangkan betapa jauhnya jarak pemukiman antar penduduk di pulau Kalimantan. Jadi seharusnya pulau jawa saja yang diterapkan program Keluarga Berencana atau KB, pulau Kalimantan tidak.

Kadang-kadang pada jarak ratusan kilometer tidak terdapat penduduknya sama sekali. Bayangkan Kalimantan Barat saja lebih luas dari pulau Jawa, namun dengan penduduk hanya empat juta lebih sementara yang mendiami pulau Jawa lebih seratus juta.

"Kurasa iblis itu akan datang malam ini, Pak!" desah Edeng.

"Bagaimana kamu tahu, Deng?" tanya orang tua itu sambil menatap Edeng dengan tajam.

"Hari ini kan hari Kamis, Pak!"

"Betul, lalu?"

"Berarti malam Jum'at, kan?"

"Ya, Benar. Tapi apa hubungannya dengan kedatangan iblis itu?" Tanya orang tua itu penuh selidik.

"Sebab malam inilah yang paling bagus untuknya!"

Pemilik kebun karet itu tersenyum. Ditatapnya anak muda ini dengan penuh perhatian. Edeng jadi salah tingkah.

"Ada yang aneh, Pak?"

"Firasat kita kok bisa sama, ya!" ujar orang tua itu menjawab pertanyaan Edeng.

"Apa, Bapak juga berfirasat demikian?

"Ya!"

"Bapak juga yakin?"

"Ya! Dan sasarannya adalah Gernis!"

"Bagaimana Bapak tahu?" tanya Edeng heran.

"Karena cinta seorang ayah terhadap anaknya," jelas pak Ceknang sambil menghembus nafas. "Kamu tahu, Gernis adalah segalanya bagiku. Biarpun dia hanyalah seorang perempuan, tapi dia adalah anakku satu-satunya. Sehingga apapun yang akan menimpanya, biasanya sebelumnya aku sudah bisa merasakannya!"

Lihat selengkapnya