Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #17

17 - Guru Kebatinan Said Mengincar Gernis

Sementara itu, di sebuah pondok di luar perkebunan karet dan jauh dari tempat dua orang yang sedang menikmati ikan seladang panggang, tampak dua laki-laki sedang duduk berhadapan. Sinar lampu minyak yang sering ditiup angin membuat bayangan mereka bergerak-gerak seperti setan.

Walaupun sesungguhnya, kedua orang itu memang lebih jahat dari iblis sendiri.

"Kenapa orang tua itu belum juga mampus, Said?" desis salah seorang dari mereka.

"Aku pun tidak tahu, Guru."

"Apa mungkin Liuni tidak berani menaburi bubuk racun itu?"

"Kurasa tidak. Barangkali saja orang tua itu punya penawar racun."

"Tapi, kan, pasti ketahuan kalau dia keracunan!"

"Betul juga, ya."

Keduanya merasa heran. Kalau memang Liuni sudah menaburkan racun, mustahil sasarannya tidak mati.

"Atau Liuni sudah jatuh cinta pada bandot tua itu?"

"Mustahil, Guru..."

"Bisa saja. Hati wanita tidak bisa kita duga."

"Tapi, Guru..."

"Kamu tak perlu membelanya. Sebaiknya kamu selidiki. Bisa saja dia mengkhianati kita!"

"Baik, Guru," jawab Said penuh hormat.

Malam semakin sunyi. Angin berhembus lembut. Cahaya lampu minyak bergerak ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang seperti hampir padam. Bayangan dua orang itu juga bergerak ke kiri dan ke kanan, berlawanan dengan arah gerak api lampu.

"Said!"

"Ya, Guru?"

"Kamu kenal laki-laki yang tinggal di rumah Pak Ceknang itu?"

"Edeng? Kenal, Guru!"

"Apa yang kamu ketahui tentang anak itu?"

"Anak itu sudah tidak punya orang tua. Pak Ceknang memeliharanya sejak kecil. Dan dia sudah seperti anak sendiri."

"Hmm, begitu."

"Memangnya kenapa, Guru?"

"Perasaanku mengatakan, jika anak itu bukan sembarangan."

"Apakah dia berbahaya, Guru?"

"Dia tidak ada apa-apanya bagiku. Hanya saja, dia bisa menggagalkan rencana kita."

"Mengapa tidak dibunuh saja?"

"Itu tidak masuk dalam rencana!"

"Kalau dianggap perlu?"

"Biar Liuni saja yang melakukannya!"

"Kalau gagal?" desis Said.

"Baru saya yang turun tangan!"

Said mengangguk-angguk. Baginya, siapa saja memang harus disingkirkan jika dianggap bisa menggagalkan rencana mereka.

Lelaki yang berbicara terakhir lalu memandang keluar melalui jendela yang terbuka. Ditatapnya langit malam yang gelap sekali. Tak ada sebuah bintang pun.

"Malam ini harus selesai. Semuanya harus tuntas. Kita tak banyak waktu lagi!"

"Sepertinya sangat mendesak, Guru?"

"Kamu lupa, dua hari lagi istrinya datang. Jika malam ini tidak tuntas, bukankah penyamaran Liuni akan ketahuan?"

"Kenapa mesti malam ini? Malam besok, kan, masih bisa?"

"Malam ini adalah malam Jumat."

"Apa bedanya dengan malam lain?"

"Malam Jumat merupakan saat yang sangat baik untuk merapalkan ilmu! Kekuatannya akan berlipat ganda dibandingkan malam lain."

Lihat selengkapnya