Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #18

18-Satpam Perkebunan Disatroni Kuntilanak

Malam kian larut. Udara begitu dingin menggigit. Satpam yang jaga malam di lingkungan perkebun karet itu beberapa kali menguap. Sesekali terdengar suara kuntilanak tertawa. Para satpam yang berjaga itu bergidik. Bulu kuduk mereka merinding.

"Malam ini dingin sekali, ya, Kiman?" desah seorang satpam sambil mengancingkan jaketnya. Tapi jaket kain parasut itu tidak mampu mengusir hawa dingin yang seperti menusuk tulang.

"Entahlah! Malam ini terasa aneh sekali..." komentar satpam yang satunya. "Kamu tidak merasa ganjil, Bahtok?"

"Ganjil bagaimana maksudmu?"

"Perasaanku tidak enak. Sepertinya akan terjadi sesuatu malam ini!"

"Jangan macam-macam, ah!" seru satpam yang dipanggil Bahtok. "Kamu bikin saya ngeri saja!"

"Sungguh! Hatiku selalu dag dig dug...!"

"Ah, sudahlah. Kamu mau jaga malam atau mau menakuti aku?"

Kiman terdiam. Tetapi hatinya memang risau. Beberapa kali dia menyorotkan lampu senter berbaterai 6 bijinya ke tempat-tempat yang gelap. Cahaya lampu itu cukup terang, karena baterainya baru diganti tadi siang.

"Sekalian, Tok!" kata Kiman ketika melihat Bahtok mengambil gelas dan menuangkan kopi.

"Dasar pemalas!" gerutu Bahtok. Tetapi dia tetap menuangkan kopi untuk rekan jaganya itu.

Keduanya asyik mencerucupi kopi panas yang memang selalu tersedia dalam termos. Kemudian suasana kembali menjadi hening. Kedua satpam yang menjaga kantor perkebunan itu kembali terdiam. Semenjak terjadinya beberapa peristiwa pembunuhan secara beruntun belakangan ini, membuat para satpam jadi agak ngeri kalau kebetulan kebagian shift malam.

"Masak Indomie, yok. Aku lapar!" usul Kiman. "Sekalian menebus kekalahanku!"

"Boleh. Tapi aku yakin rekorku belum terpecahkan!" jawab Bahtok tersenyum.

"Kita lihat saja!" kata Kiman sambil membuka dus Indomie yang ada di almari dekat meja mereka. "Berapa bungkus rekor terakhirmu?"

"Enam!"

"Kalau begitu aku akan coba tujuh bungkus!"

"Okey, kita sama-sama mencoba tujuh bungkus!" seru Bahtok tidak mau kalah.

Keduanya lalu masing-masing mengambil tujuh bungkus. Kiman memasukkan steker listrik tempat memasak air ke stop kontaknya. Setelah air mendidih, tak lama kemudian tercium bau harum khas Indomie yang merangsang selera.

"Kita makan dalam keadaan masih panas, bagaimana, Man?"

"Terserah. Aku pun tahan panas!" desah Kiman menerima tantangan Bahtok.

"Tidak boleh pakai sendok!"

"Okey, aku ikuti apa maumu!"

Keduanya lalu berlomba memakan Indomie rebus itu dalam keadaan panas dan hanya memakai sendok Adam saja alias pakai jurus tangan kosong. Kedua orang itu mendesis-desis kepanasan. Tapi karena memang tidak mau saling mengalah, keduanya terus makan. Beberapa menit kemudian piring mereka berdua sama-sama kosong. Bahkan airnya langsung diminum sampai kering, sampai terdengar suara keduanya keluar saking nikmatnya.

"Kita seri!" sorak Kiman kesenangan.

Bahtok menggelengkan kepalanya. "Aku sebenarnya masih mampu kalau ditambah satu bungkus lagi!"

"Dasar perut karet. Orang lain menghabiskan satu bungkus saja sudah kepayahan!" ejek Kiman.

"Itulah susahnya perut orang kampung. Kalau bukan nasi, saja tidak bisa kenyanglah!"

Keduanya lalu bersandar di kursi sambil berkipas kepanasan. Tak lama kemudian kedua orang itu menguap beberapa kali.

"Aku ngantuk sekali, Man!"

"Aku juga. Apa karena kita kekenyangan, ya?"

Lihat selengkapnya