Kucing Iblis

Yovinus
Chapter #21

21-Karena Ulah Dukun Muda

 

Buaya Putih raksasa itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya, dia pun bukanlah Buaya Putih yang jahat. Malahan, dia sering menolong manusia. Tidak terhitung lagi orang yang karam di teluk itu, dan tanpa sepengetahuan mereka, Buaya Putih raksasa ini selalu membawa mereka ke pantai.

Tetapi beberapa tahun yang lalu, dia kedatangan seorang pemuda yang langsung menyerangnya. Buaya Putih itu sekuat tenaga mempertahankan diri, tetapi pemuda itu lebih tangguh daripadanya.

Pemuda itu mengalahkannya dan memaksa dia untuk bersumpah setia demi menjaga Sullob Hasong, pemuda itu. Tak pernah sekalipun terbayangkan oleh Buaya Putih raksasa itu jika pemuda itu adalah seseorang yang sesat dan jahat melebihi iblis.

Di saat Buaya Putih itu sedang termangu-mangu di tempatnya, Okok Keang telah berdiri di hadapan Pak pak Ceknang  yang sedang tertidur pulas. Tangannya mengusap wajah Pak pak Ceknang , sehingga membuatnya terbangun. Tetapi rasa letih masih menyelimutinya.

“Bangunlah, anakku,” desis orang tua itu lembut.

Pak pak Ceknang  seolah merasakan sebuah aliran hangat memasuki tubuhnya mendengar suara itu. Seketika saja rasa letih dan kantuknya lenyap.

“Siapakah Bapak?”

“Aku Okok Keang. Guru Edeng, anak angkatmu.”

“Guru Edeng?” Pak pak Ceknang  terhenyak. Inikah orang yang pernah diceritakan oleh Edeng? Edeng...! Tiba-tiba orang tua itu jadi kaget. “Eh, Edeng ke mana?” serunya heran seolah pada dirinya sendiri.

“Dia sedang mencoba membebaskan putrimu.”

“Apa? Membebaskan putriku? Jadi aku, aah...?” Pak pak Ceknang  tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Sebuah bayangan buruk terlintas di benaknya.

“Kalian berdua tertidur. Sebab tanpa sepengetahuan kalian, di dalam kopi itu dibubuhi bubuk obat tidur.”

“Marulina yang melakukannya!”

“Betul. Dialah yang melakukannya.”

“Wanita itu sungguh keterlaluan.”

“Tapi dia bukan istrimu yang sebenarnya. Dia hanyalah seseorang yang sedang menyaru seperti istrimu.”

“Edeng juga mengatakan demikian,” desah pak Ceknang  lesu.

“Wanita itu diperalat seseorang.”

“Boleh saya tahu, Pak?”

“Kamu memang harus tahu,” kata orang tua itu sambil menarik napas panjang beberapa kali. “Yang berada di balik semuanya ini adalah seorang dukun muda.”

“Dukun muda?”

Lihat selengkapnya