Kuda Bisik~Novel~

Herman Sim
Chapter #1

Hidup Tidak Selalu Indah

Hidup itu bagai roda ban, selalu terus berputar tanpa henti melindas aspal-aspal menghitam yang keras, tidak kenal waktu lelah siang dan malam.

Putaran gear roda tidak selama juga berjalan mulus selalu. Pasti akan terasa aus, karena gesekan putaran roda ban terus mengajaknya berputar. Pastinya juga bikin permukaan roda ban tidak semulus berjalan lagi.

Hidup tidak selalu indah yang terbayang, hidup selalu ada dalam kesukaran dan kesedihan yang sudah pasti menerpa kehidupan. Bak bagai roda ban kini terhenti berada di posisi paling bawah menyatu dengan aspal hitam keras.

Pasti kesukaran itu akan selalu ada menghinggapi setiap kehidupan yang masih menghela napas panjang. Dilandasi dengan kesedihan, bakalan bikin wajah selalu sedih semba. Karena deraian air mata selalu terhempas turun jatuh dari dua mata kian terpuruk dalam terjerembab sedih.

"Selamat tinggal sekolahku," mungkin itu kata terakhir terucap.

Senyuman tapi terbawa sedih makin menggurat wajah cantik Azkia, dia hanya berdiri ditengah halaman sekolah. Mungkin itu akan jadi hari terakhirnya tidak lagi bersekolah.

Tersenyum wajahnya, ketika terpanggil dengan lambaian kibaran Bendera Merah Putih berdiri tegak diatas ujung tiang bendera besi.

Dua kakinya berselimut sepatu kets putih, terselimuti kaos kaki warna putih juga. Seragam putihnya tidak sampai di masukan kedalam sela lepitan rok pendek abu-abu. Tas warna biru digemblok belakang pinggungnya, tapi dari tadi dua matanya seraya tidak mau beranjak pergi.

"Sebentar lagi dia akan mati," hembusan angin datang membawa bisikan kewajah Azkia. Sontak berputar-putar ditengah halaman sekolah sepi mencari siapa pembisik itu.

Lalu langkahnya cepat berjalan, masih teringat suara bisikan itu. Tapi langkah kakinya terasa berat buat meninggalkan sekolahnya. Salah satu sekolah terbaik dan terkenal yang ada di Kota Bandung.

Bangunan sekolah juga terasa berat untuk melepas kepergian Azkia, kelas-kelas seakan hening bisu dalam kesedihan pasti melepaskan Azkia. Dia kini mulai melangkah jala pergi pasti akan membawa kenangan, yang tidak akan pernah beranjak pergi dari hatinya.

Mungkin kini Azkia bukan jadi bagian sekolah itu lagi, kini dia merasa telah jatuh terperanjat terpuruk dalam lobang dalam kemiskinan. Terasa beda dirinya akan berdiri diantara bangunan gedung sekolah dan murid-murid lainnya, pasti mereka tidak akan menganggap ada dirinya lagi.

Miskin dan kaya, adalah suara kembar yang selalu ada dalam dunia ini. Dua kata itu selalu jadi hiasan hidup bagi manusia yang masih menghela napasnya. Kini kata kaya raya makin menjauhi kehidupan Azkia dan hanya satu kata miskin, yang kini menyatu dalam dirinya.

Langkah jalannya Azkia terhenti saat tidak ada lagi mobil mewah menunggu didepan gerbang sekolah. Ragu awalnya dua kakinya mengajak melangkah menghampiri seorang wanita masih kelihatan tua namun berparas cantik. Dari tadi dia sudah terduduk diatas sadel sepeda motor yang juga sudah lapuk dan tinggal mogok.

Lihat selengkapnya