Tahun 1999.
Semua kisah ini bermula pada malam yang sialan itu. Melanie diminta menemani ayahnya bertemu seorang ketua partai di resto sebuah hotel. Melanie patuh menemani dinner dan duduk diam di samping Ayahnya selama pembicaraan berlangsung.
“Ayah mau kamu mendapat jodoh yang baik dan mau menjadi Ayah untuk Ghea dan bayi dalam rahimmu itu. Karena itu, kamu mesti temani Ayah. Kenalan saja dulu. Kamu pasti bisa bahagia nanti,“ kata Ayah Melanie berkeras hati mengajaknya ketika Melanie menolak ajakan itu secara halus.
Sesuai permintaan Ayahnya, Melanie dikenalkan dengan Damar Jati Asmoro, lelaki yang sudah tidak muda lagi, wajah lumayan tampan dan berbadan tegap nan kekar. Partai Damar mengalami krisis kader. Damar butuh calon pemimpin yang terbukti bersih. Damar ingin mengusung Ayah Melanie sebagai calon Bupati. Damar dan partai yang dipimpinnya yang akan membiayai semuanya dengan satu syarat, putrinya yaitu Melanie sudi dipersunting untuk mengakhiri masa lajangnya yang berstatus bujang lapuk. Menyedihkan bukan?
Keculasan mengintip di balik sorot mata Damar. Damar menelanjangi paras ayu Melanie. Melanie jijik dengan gestur nakal itu. Damar dengan terang-terangan meminta Melanie menjadi mahar politik demi jabatan Ayahnya.
Ekspresi bibir Damar menunjukkan betapa gampang ia melecehkan lawan bicara. Bahasa tubuhvDamat mengingatkan Melanie pada tukang sulap yang menyembunyikan kebohongan lewat gerakan tubuh cepat dan pura-pura berwibawa.
Dari cipratan ludahnya ketika Damar berbicara, Melanie seperti mencium bau orator yang pintar membual dengan orasi berapi-api yang disiapkan sedemikian rupa dalam wajah teks sebelum pertunjukan dibuat. Namun, sudah terselip jurus-jurus ingkar janji. Kata-kata bersayap, tapi Ayah Melanie tampak tersihir, mengangguk-angguk takzim.
Sepulang dari perjamuan malam itu, Melanie terang-terangan menolak permintaan Ayahnya. Ayah Melanie marah besar dan mengancam akan mengusir Melanie dan mencoret nama anak gadisnya itu dari kartu keluarga.
Ibu Melanie membujuk sambil menangis karena takut kehilangan putri satu-satunya terusir dari rumahnya sendiri.
Melanie tidak ingin egois. Anak-anaknya butuh masa depan yang lebih baik. Dengan memiliki keluarga yang utuh, Melanie berharap Ghea dan anaknya nanti terjamin biaya pendidikan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Akhirnya Melanie luluh. Melanie tidak memiliki pilihan demi Ghea dan bayi di rahimnya yang butuh figur seorang Ayah.
***
Sungguh, Melanie sudah berusaha keras mengingkari perasaannya. Namun, semuanya runtuh saat dirinya menjadi juru kampanye di barisan staff bidang komunikasi dalam kampanye politik Damar.
Seringnya bertemu dan berkomunikasi dengan Damar membuka peluang desir perasaan itu tumbuh. Benar kata orang Jawa ; tresno jalaran kulino.
Melanie mengagumi cara berpikir dan gaya politiknya. Dunia politik bukanlah hal yang aku sukai. Tapi, semenjak bekerja dan berhubungan kasih dengan Damar, politik menjadi menyenangkan.
Melanie seolah menutup mata dan telinganya, abai dengan semuanya. Bahkan, abai dengan peringatan dari teman dan kolega politiknya perihal jiwa petualang Damar yang masih senang mencari hiburan dari gadis ke gadis untuk memenuhi hasrat dan imajinasi liar Damar perihal kelamin dan segala hal di batang tubuh perempuan dewasa.
Teringat lagi fase di mana akhirnya Melanie berani melangkah jauh menantang risiko, menerima pria itu. Masih segar dalam ingatan perihal isu Damar di kalangan kolega politiknya perihal Damsr yang doyan menonton video dewasa sembari mendengarkan dan mengikuti sidang dewan di ruang sidang rapat paripurna yang menjemukan baginya.
Bahkan, ketika beredar video skandalnya yang menggerus nama Damar di kancah politik. Fitnah itu dihembuskan oleh lawan politiknya yang ingin karier politik Damar berakhir.
Karena fitnah skandal video itu Damar dengan legowo memilih meninggalkan gemerlap gelap dunia politik beralih menekuni bakat melukisnya. Sisi lain Damar yang membuat pertahanan hati Melanie semakin runtuh. Melanie kecil mengimpikan bersuami pelukis.
Entah rasa iba atau karena hal lain membuat Melanie akhirnya berdamai dengan masa lalu Damar. Menerimanya dengan baik segala pesona pejantan itu.
Melanie menyaksikan ketika Damar jatuh bangun dengan pilihannya menekuni bisnis jual beli lukisan bernilai seni tinggi dan memiliki nilai historis berharga tinggi yang mampu memenuhi syahwat kolektor penyuka lukisan dengan harga selangit.
Pun ketika krisis moneter melanda negeri ini yang menyebabkan bisnis lukisan Damar kolab sementara Damar harus berjuang memenuhi janjinya untuk segera menikahi Melanie.
Masih terngiang suara Damar yang setengah putus asa ketika Melanie menuntut untuk segera menikahi dirinya karena kehamilan yang semakin membesar.
"Melanie? Halo!"
"Aku mengerti. Tapi lukisanku belum ada yang membeli. Kumohon bersabarlah sebentar lagi. Aku berkata apa adanya bahwa aku tak punya siapa-siapa selain kau saja. Aku tidak sedang main-main dengan wanita."
Bicaranya terdengar penuh kesal dan sesal. Nadanya lemah tapi sungguh-sungguh dipenuhi gelisah.
"Melanie, jika kau butuh jari manis untuk percaya menyematkan hatimu, Aku takkan mengisinya dengan cincin siapa-siapa, Ku titipkan jariku padamu. Lagi pula siapa yang mau mencintaiku selain sepertimu?"
"Jika Kau tak percaya aku tak pernah main gila lagi dengan lain wanita, kau boleh mengambil kelaminku, simpan sampai nanti kau pikir itu bisa jadi berguna buatmu. Kau boleh, Melanie. Kau boleh ambil semuanya bahkan jantung dan hatiku."
Rayuan hiperbola terlontar demikian rupa, hanya lelaki buaya yang biasanya mudah mengucapkannya.
Sambungan telepon berakhir, Melanie geli mendengarnya.