Home sweet home bagi Ghea hanyalah jargon kosong di kepalanya. Nyatanya, setiap pulang ke rumah seolah ia masuk ke neraka jahanam yang penuh siksaan. GHEA
***
Suara ramai itu terdengar sampai keluar. Saat Ghea turun dari sepeda motor Ninja milik Rama.Begitu cepat Rama mendapatkan bukti dan kebenaran dari cerita sedih Ghea atas kondisi keluarganya. Rama merasa iba dengan Ghea. Meski demikian, ia akhirnya memilih untuk tidak membuat suasana semakin tidak enak di hati Ghea bila ia memaksa diri untuk ingin tahu dan ikut campur terlalu dini dengan masalah Ghea dengan keluarganya. Rama segera balik arah setelah berpamitan.
Pemandangan yang membuat Ghea lelah di rumah kini terlihat jelas di depannya. Ghea berusaha tak mempedulikan. Mama dan Ayahnya yang sedang bertengkar tak membuat mereka menyadari jika anaknya sudah pulang. Ghea mematung di depan pintu.
Home sweet home bagi Ghea hanyalah jargon kosong di kepalanya. Nyatanya, setiap pulang ke rumah seolah ia masuk ke neraka jahanam yang penuh siksaan.
Air mata Ghea kini kembali membasahi pipinya. Menyaksikan kedua orang tuanya yang bertengkar hebat di lantai dua. Ia tak bisa melakukan apa-apa. Karena ia pasti akan kena pukul Papanya juga. Dan itu akan membuat Mamanya lebih berani menyerang sang Papa. Lalu, pertengkaran akan semakin sengit.
Entah sejak kapan mereka bertengkar, Papanya yang sejak tadi mengeluarkan kata-kata kasar, marah dengan begitu besar. Entah dorongan dari mana, Papa memukul dan menendang Mama Ghea begitu keras. Mama jatuh tersungkur dengan menahan sakit di perutnya karena pukulan dan tendangan itu.
Ghea yang mematung di pintu kemudian berlari menghambur, menghampiri mamanya. Sesak dalam dada Ghea bertambah kian besar. Papanya tidak lagi menghiraukan kehadirannya, dengan gusar menuruni tangga, membanting pintu keluar rumah. Ghea merasa sangat terpukul dengan perlakuan Papanya terhadap Mamanya.
***
Di rumah mewahnya, Ghea bersama dengan Bi Surti pembantunya, dan Pak Parjo, supir Mamanya yang baru sebulan di rumahnya. Setiap Mamanya pergi keluar kota karena bedah buku dan novelnya, Pak Parjo selalu mendapat pesan untuk menjaga Ghea apapun yang terjadi pada Mamanya. Hal itu kemudian terpatri dalam benak Pak Parjo untuk menjaga Ghea selama Mamanya tidak di rumah. Dan kini, ia benar-benar menjalankan tugasnya. Menemani ia kemanapun Ghea pergi.
Papanya sudah seminggu ini tidak pulang ke rumah semenjak pertengkaran hebat itu. Papanya ketahuan bercinta dengan Karin, selingkuhannya di loteng, ruangan khusus Mamanya biasanya menulis novel. Mamanya telah melayang gugatan cerai ke Papanya. Ghea menyetujui keputusan Mamanya itu. Ghea sudah siap untuk kehilangan Papa sambungnya itu.
Ghea menghembuskan napasnya perlahan. Kepalanya terasa begitu berat memikirkan banyak hal yang terjadi kepadanya akhir-akhir ini. Ia meminta Pak Parjo untuk mengantarnya ke teater Bulungan. Ia ingin menenangkan pikirannya. Sabtu malam biasanya di Bulungan sering ada pertunjukan teater ataupun para penyair pentas puisi sekaligus membedah karya.
Sepanjang perjalanan, pikiran Ghea berkecamuk. Hingga tanpa sadar, ia sampai di Teater. Ia kemudian berpesan kepada Pak Parjo untuk langsung pulang saja, membantu Bi Surti di rumah, dan berjanji akan menghubungi Pak Parjo jika sudah akan pulang.
Ghea melangkahkan kakinya masuk. Kemudian mengarah ke spot tempat duduk favoritnya. Paling ujung, karena ia tak suka jika ia merasa di perhatikan oleh pengunjung lain.
Di perjalanan tadi Ghea sempat mengirim pesan ke Rama untuk menyusul dan menemaninya. Barusan sebuah notifikasi pesan masuk. Rama membalas sudah otw ke Bulungan. Ghea membalas dengan ucapan ; 'Titi DJ' dengan diakhiri emoticon senyum.