Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #7

Monalisa yang Terhibur

Ketika melihatmu, aku takut mencintaimu.Sekarang aku ( mulai ) jatuh cinta kepadamu, sebentar lagi aku pasti mencintaimu tapi aku takut merusak semuanya kalau aku jujur tentang rasaku ke kamu. Bukan aku tidak siap dengan penolakan melainkan aku takut kehilanganmu." Ghea


***

Minggu pagi.


Ghea bangun kesiangan. Sinar matahari menyapa hangat dari sela-sela tirai jendela kamarnya. Ghea melakukan perenggangan otot-otot tangan dan kepala. Dirasa cukup, Ghea merapikan selimut dan tempat tidurnya lalu keluar kamar.


Bi Surti sedang sibuk di dapur. Pak Parjo sibuk menyiram tanaman Toga di taman depan rumah. Ghea segera mandi.


Ghea menuruni tangga setengah berlari, menghampiri Bi Surti yang sedang menyiapkan sarapan. Aroma hidangan yang Bi Surti siapkan membuatnya tersenyum kemudian. 

"Pagi, Bi. Masak apa? Enak nih baunya" Ghea duduk kemudian. Meletakkan tasnya di kursi yang lain. 

"Nasi goreng petai bumbu pedas plus omelete telur kesukaan Non." Jawab Bi Surti sambil menghidangkan segelas susu hangat.

"Enak nih, Bi, dari aromanya aja udah ketebak deh kalau rasanya pasti enak. makasih ya, Bi. Bibi sarapan bareng aku aja sini" ajak Ghea kepada Bibi. Ghea memang tak sekali dua kali meminta Bi Surti dan Pak Parjo menemaninya makan. 

“Nggak usah, non. Bibi belum laper. Mau lanjutin kerjaan dulu ya, Non.” Bi Surti pun melangkahkan kakinya menuju dapur. 

Ghea yang sedang menikmati sarapan paginya, Pak Parjo tergopoh - gopoh menghampiri Ghea.

"Maaf, Non Ghea. Di depan gerbang ada teman Non Ghea sedang menunggu." Ghea kemudian menghentikan sarapannya. Ia kemudian memanggil Bi Surti jika telah selesai, menghabiskan segelas susunya kemudian, dan berdiri. 

"Oh … makasih infonya, Pak. Bapak sekarang mending sarapan dulu deh." Ghea sekilas melihat notifikasi ponselnya karena di mode silent. Banyak pesan yang masuk, salah satunya pesan dari Rama. Rama memberitahu kedatangannya melalui whatsapp lima menit yang lalu. 


Bi Surti yang mendengar Ghea akan segera berangkat kemudian menghampirinya, ia berniat untuk membereskan bekas makan Ghea. Di saat itu pula, Ghea mengulurkan tangannya kepada Bi Surti, mencium punggung tangannya, dan berpamitan. 


Melewati taman rumah, Ghea melambaikan tangan sejenak ke arah pak Parjo. Lelaki tua itu segera menghentikan kegiatan menyiram bunganya kemudian berlari membukakan pintu gerbang.


"Makasih, Pak Parjo. Nanti nggak usah jemput, aku pulang sama Rama lagi atau naik umum aja. Hati-hati jaga rumah ya Pak." Ghea berpesan.

"Baik, Non. Hati - hati di jalan." Ghea membalas dengan senyuman.


Lihat selengkapnya