Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #8

Dua Jendela Hati

"Terkadang ketika manusia tertawa bukan berarti sepenuhnya menandakan hidup sedang bahagia, bisa saja mereka sedang hanya perlu membalut pedih dan kesedihan hidup dalam tawa. Lihat The Jocker!"


***

Ubud pagi hari.

"Apa kabar, sayang?" Melanie sedang video call dengan putri semata wayangnya melalui skype web di laptop-nya.


"Baik Mama, Mama pagi ini juga kelihatan segar dan bugar. Ubud Writer's and Readers Festifal sepertinya mampu memberi energi yang bagus untuk Mama. Ghea senang melihatnya. Mama kelihatan lebih cantik dan berenergi."


"Terimakasih, Sayang, Mama lima hari lagi pulang, kok sayang. Ingat! Jangan buat susah Bibi Surti dan Mang Parjo, ya, Sayang."


"Siap, Mama.Tapi, Papa berulah lagi Ma' dengan Kalina tadi malam." Mimik Ghea bersedih, mengingat cerita Bi Surti perihal sisa 'hangover' kecil Papanya tadi malam di balkon kamar atas.

Berceceran sisa pizza, bungkus snack, kaleng soda dan botol Jack Daniels berserakan diatas bed cover yang sudah berpindah dari ranjang kamar. Bantal dan guling yang bertebaran, seprai yang acak-acak-an membuat keadaan balkon bak kapal pecah seperti telah terjadi perkelahian hebat. Cerita Bi Surti kepada Ghea tadi pagi di dapur saat Bu Surti membuat coklat hangat untuknya.

"Jangan bersedih sayang. Kita akan segera mampu melewati mimpi buruk itu. Mama janji, setelah urusan di Ubud ini beres, Mama akan segera mengurus gugatan cerai untuk Papamu. Toh, kamu juga telah menyetujui keputusan ini, bukan? Mama tidak ingin tingkah laku mereka yang toxic meracuni pikiranmu. Anggap saja mereka tidak ada di sekitar kita, Sayang." Ghea mengangguk sembari menggigit roti bakar sarapan paginya.

"Btw, bagaimana dengan koran kampus yang kamu kelola, Mama mau dengar, Sayang." Melanie mencoba mengalihkan topik obrolan pagi.

"Koran kampus semakin maju semenjak Rama bergabung di Tim Redaksi. Melalui cerpen - cerpennya, Rama melakukan perlawanan terhadap penindasan perempuan terutama KDRT dalam rumah tangga, juga budaya bullying dan free sex di kalangan remaja masa kini." Ghea bak orator handal penuh semangat menceritakan.

"Gaya hidup remaja yang teracuni budaya barat ; kumpul kebo, tradisi jatah 'mantan', menjamurnya genk-genk remaja yang menyimpang dan penuh kekerasan dalam hubungan pertemanan dan percintaan menjadi tema yang diangkat secara edutainment dalam narasi cerpen Rema. Bukankah itu sebuah ide brilian, Ma?" Melanie mengangguk mantap menangapi.

"Mama, tahu ngga'? Rama sangat jago menuangkan perlawanannya terhadap semua itu melalui cerpen- cerpen roman yang satire penuh ironi tapi dengan diksi epic, sentimentil dan heroik." Ghea penuh semangat bercerita, Mamanya serius mendengarkan.

"Sementara, Genk Serigala semakin resah karena Ghea berhasil mengkritisi kegiatan mereka melalui artikel-artikel yang Ghea tulis dan terbit berkala di koran kampus mingguan. Genk Serigala merasa terusik dan terganggu karena kenakalan Genk mereka mulai terekspose media koran kampus yang artinya mulai ada perlawanan terhadap aksi mereka.Mama tahu, itu seru bukan?"

Lihat selengkapnya