Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #12

Senyawa Endorfin yang Memabukkan

Cinta itu senyawa yang lebih bisa memabukkan daripada sebotol anggur merah. Tidak percaya! Buktikan saja. Jatuh cinta-lah!

***

Setelah tiba di hotel.

''Bisma, terimakasih ya untuk ajakan dinner-nya.''

"Sama-sama, Mel.''

''Mel, terima kasih sudah mau mendengarkan ceritaku, ya.'' Melanie tersenyum. Bisma ikut tersenyum.

"Ok, kalau begitu aku masuk ke dalam dulu, Bisma. selamat istirahat, ya.'' Tiba-tiba ciuman Melanie mendarat ke pipi Bisma. Bisma membalas dengan pelukan dan ciuman.

Mereka akhirnya mengakhiri tindakan kasih sayang itu saat Melanie mendapatkan panggilan video call dari Ghea.

***

Di kamarnya, memakai kaos oblong putih dan celana pendek, Melanie hendak bergegas tidur. Cewek itu berjalan ke arah jendela. Ketika tanganya hendak menutup tirai jendela, ia urungkan niatnya. Matanya tertumbuk pada sebuah jendela. Tepat di seberang jalan.

Ada seseorang di sana...meski dalam siluet bayang, seseorang di sana, jelas nampak sebagai bayangan seorang cowok yang sedang melakukan olah raga malam. Push Up. 

Dalam bingkai kusen kayu, terlapis kaca jendela, dan terarsir teralis, mata Melanie terus memandang ke arah siluet sosok bayangan cowok itu.

Menikmati sejenak pemandangan itu. Meski dalam siluet bayangan, Melanie mengakui, tubuh cowok yang kini sedang push up memiliki tubuh yang tinggi, kekar, dan memiliki tangan yang kuat, terlihat dari gerakan push up yang sangat cepat saat sedang naik turun di atas lantai.

Gerakan siluet bayangan seseorang yang push up itu tiba-tiba mendatangkan debaran di jantungnya, Melanie merasakan ada sesuatu dalam dirinya bergetar.

Sebuah plot nakal begitu saja melintas di dalam pikirannya. melanie berusaha mengalihkan pandangannya, dan menetralisir pikirannya dengan segera menutup tirai jendela, namun sisi dirinya yang lain menahan. Akhirnya cewek itu pasrah, tetap terpaku berdiri, menikmati. Setiap detik pemandangan siluet bayangan itu menggiring pikirannya pada sebuah memori.

Dan kini, seperti roll film yang diputar di benaknya, terlintas bayangan meja dalam ruang perpustakaan, tubuhnya yang berbaring, Bisma, yang memiliki tubuh maskulin, dengan otot-otot lengan yang keras, yang begitu berkeringat di atas tubuhnya, naik turun. Dan kini ia membayangkan tubuh maskulin itu adalah milik seseorang cowok dalam siluet bayangan tubuh yang sedang push up saat ini. Membayangkan bagaimana tubuh maskulin itu bergerak sensual di atas seseorang. Memerangkap pasangannya di antara lantai dan dada bidangnya. Membuat gerakan maju-mundur bersama pasangannya sampai dia sulit bernafas....

....

....

-seperti dirinya saat ini.

''Damn,'' Desisnya, merona karena malu terhadap dirinya sendiri dan sisanya lagi karena nafsu. Melanie cepat-cepat menjauh dari jendela.

Reflex tangannya meraih smart phonenya yang tergeletak di ranjang. Mencoba menelpon seseorang. Entah mengapa gerak jari cewek itu secara spontan memilih kontak Bisma di gawainya. Menelpon cowok itu. 

Lihat selengkapnya