Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #14

Intermezzo

"Selesaikan patah hatimu. Kamu nanti akan mengerti. Putus harapan dari putus cinta yang diberi olehnya adalah peluang untuk kembali merasakan jatuh cinta (lagi)."

**

Balik ke Ubud.

Acara Ubud Writers Festival sudah sepekan berlalu. Bisma mengajak Melanie untuk beberapa hari lagi tinggal di Bali. Kali ini Bisma mengajak Melanie tinggal di Villa pribadinya.

Melanie sempat kaget waktu mengetahui Bisma ternyata memiliki sebuah Villa pribadi yang cukup besar dan bagus di tengah-tengah kota di Ubud.

Melanie menyetujui untuk tinggal di Villa Bisma untuk beberapa hari karena Melanie terlibat project menulis novel 'Ubud: Kisah yang Tersembunyi' bersama Bisma untuk debut novel duet perdana mereka.

Jogging pagi-pagi kayak gini jelas bukan gayanya. Bisma lebih suka bermalas-malasan sebentar di tempat tidur, rebahan alias mager sembari mengecek beberapa notifikasi di layar Blackberrynya sebelum beranjak dari tempat tidur untuk mandi atau sekedar membuat kopi, itu kalau cowok itu sedang lazzy time.

Tapi, ajakan Melanie untuk menikmati udara pagi memancing cowok itu melakukan rutinitas yang lama tidak dilakukan, yaitu : jogging pagi!

Tiba-tiba Bisma merasa kikuk berdekatan dengan Melanie di sebelahnya yang kini sedang melakukan gerakan jogging di tempat di pelataran taman Villa.

Udara pagi yang sejuk mendadak terasa begitu berat dan terlalu sulit untuk dihirup. Belum lagi fakta kalau saat ini jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya, hingga membuat bagian tertentu dari tubuhnya mendapat pasokan darah merah lebih banyak dari biasanya. Celana Jersey Bisma terasa menyusut dari ukuran yang sebenarnya. 

Gimana nggak, buliran keringat yang meleleh di leher jenjang Melanie merupakan sensasi tersendiri bagi 'sarapan' pagi untuk penglihatannya. Apalagi, di saat jogging, membuat dada cewek itu yang terlihat kencang dan bulat bergoyang-goyang mengikuti gerakan pemiliknya. Pokoknya, amazing

Objek yang dipandangi Bisma malah menyunggingkan senyum manis, senyuman yang membuat monalisa saja langsung minder. Senyum yang membuat cara kerja sistem respirasi dan jantung Bisma semakin kacau. Melanie sepertinya sangat pintar menggoda lawan jenisnya untuk terpesona dengan segala 'aset' ragawinya.

 "Sudah siap, yuk mulai jogging-nya keburu siang, nanti." ajak Melanie. Bisma hanya mengangguk patuh bak kerbau di cocok hidungnya.

Melanie lebih dahulu berlari di depan Bisma ke arah pintu gerbang Villa, membuat Bisma lagi-lagi bisa merasa leluasa mengakses penuh arah pandangan matanya pada goyangan genit bokong perempuan itu. 

Bisma menyejajari lari Melanie. Dan, saat ini nggak kebayang banget gimana malunya perasaan cowok itu, bisa-bisa memikirkan hal seprimitif itu tentang perempuan di sebelahnya. Meski, sebelum ini semuanya sudah pernah tersaji jelas di depan matanya. Melanie seperti candu yang membuat Bisma ingin lagi dan lagi. Sayang, komitmen untuk tidak lagi melibatkan fisik dalam hubungan mereka sebelum jelas status masing-masing membuat Bisma tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Ia sadar, kalau kata di stiker motor, atau di bak belakang truk: 'Dilihat boleh, dipegang jangan'.

Lihat selengkapnya