Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #17

Pengakuan Dosa

“Rumit dan pelik.Nyatanya, mencintai bukan sekedar butuh kematangan berpikir rasional melainkan perlu kesiapan mental ketika ternyata kita jatuh cinta pada orang yang salah.Ternyata, cinta itu ( tidak ) buta.” Bisma 

***

Pagi dini hari. Bali diguyur hujan. Sesekali petir menggelegar. Kilatannya mencuri jalan melalui tirai sebuah kamar. menyelinap seperti penjahat, cahayanya yang terang sesaat, menerangi sesaat sepasang tubuh yang sedang bergumul dalam sebuah kamar. Sang pria terus mengayuh mengimbangi sepasang kaki jenjang yang terus melakukan perjalanan panjang. 

Gelegar petir dan gemeretap hujan seolah requiem pengantar hasrat sesat. Sepasang makhluk berlainan jenis itu terus berpacu bertukar napas. Tubuh pun meluruh, menyatu dalam getar-getar nafsu yang menggebu-gebu. 

Sementara di luar hujan semakin deras.

Jalanan mulai tergenang. Senyap. Hanya sesekali saja kendaraan melintas dengan cepat. Sebagaimana cepatnya napas dua Makhluk dalam kamar itu saling memburu, memacu hasrat. 

"Aarrrgh, Aku kira aku ada di dunia cermin. Semua yang terpantul wajahku sendiri. Saling bertukar cerita yang sama dengan berbeda ragam kata. Busa-busa suara serupa bursa suara. Silih berganti laku terjual lalu membeli kembali. Terus begitu. Aku, Kamu dan Mereka semakin tersesat di dunia cermin! Dunia jual beli basa-basi penuh transaksi" Bisma menghisap nikotin cigaret dalam-dalam tak perduli dengan paru-parunya yang mungkin sudah serupa tabung penuh zat beracun.

Sementara, keringat masih terasa lengket dan pekat di leher, dada, perut sampai membasahi lubang pusar yang dibawahnya sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Bisma yang bertelanjang dada hanya mengandalkan selimut untuk menutupi setengah tubuhnya yang telanjang. Badan kekarnya bersender pada pinggiran kasur busa yang setengah jam lalu serupa terkena lindu, bergetar dan bergoyang hebat karena olah rasa penyatuan hasrat dua manusia yang dimabuk cinta.

Melanie, perempuan bertubuh sintal dan memiliki bibir sexi menghela nafas kasar sembari memunguti pakaian yang berserak dilantai bukti cinta yang mereka labeli dosa terindah.

Kaleng cola dingin dan beberapa botol 'Jack Daniels' tampak berserakan di lantai kamar. Bekas 'hangover kecil' mereka sebelum terhanyut dalam suasana larut malam yang semakin dingin sekaligus panas dipacu hasrat yang bergelora.

"Ah, manusia macam apa kita?" Tanya Melanie sambil lalu bergegas masuk kamar mandi.

Bisma merasa tertampar dengan ucapan Melanie. Merenungkan perkataan perihal -"Ah, Manusia macam apa kita?"

"If I bite my lips it's because I miss yours.

Ucapan Melanie kemarin saat kejadian di kolam renang memberikan stimulus di otak Bisma dengan begitu dahsyat. Maka, kenapa akhirnya lelaki itu mengajak Melanie untuk membuat party 'firewall' sebelum lusa mereka balik ke Jakarta.

Melanie tentu menyetujui ajakan itu. Perayaan patah hati berganti dengan pesta pora cinta penuh gelora api asmara.

Melanie saat ini sedang merebahkan tubuhnya ke dalam bathtub. Tangannya meraih sabun di ceruk dinding kamar mandi, perlahan-lahan menyabun tubuhnya.Mula-mula dari leher, kedua lengannya, lalu ke beberapa bagian penting tubuhnya. Setelah dirasa busa sabun telah merata di tubuhnya, cewek itu menyiram, dan membilas dengan air dalam bathutb. Setelah merasa benar-benar bersih, cewek itu akhirnya memutar kran shower dan kucuran air shower berhenti.Tubuh cewek itu masih tampak mengkilap karena basah oleh air ketika sebelah kakinya melangkah keluar dari bathtub. Cewek itu meraih handuk di dekat pintu, mengelap sebentar tubuhnya lalu melilitkan ke tubuhnya.

Sejenak cewek itu terpaku di depan cermin besar dalam kamar mandi itu. Mengamati bayangan tubuhnya yang hanya terbalut handuk. Jari-jaritangan cewek itu refleks meraba bibir bawahnya, terkenang ciuman Bisma yang diarasakan begitu HOT! Di penyatuan tadi. Mendadak dia rasakan sensasi geli dibagian paha dalamnya yang terlilit handuk. Refleksi, perempuan itu berbalik badan lalu kedua tangannya menopang tubuhnya dengan bersandar pada pinggiran wastafel.

Sekonyong-konyong pikiran Melanie melayang pada suatu kejadian di sebuah cafe.Kejadiannya tiga bulan yang lalu. Waktu itu Melanie selesai menjadi nara sumber workshop kepenulisan di kota Ubud ini.

Ceritanya waktu itu Melanie bermaksud mencari suasana baru,dan segar, menulis novel di sebuah Cafe. Cewek itu sudah mencoba sebisanya membuat mood-nya bagus. Kedua telinganya disumbat earphone yang tersambung dengan laptop, yang saat itu iTunes-nya sedang memutar playlist GIGI album terbaru mereka; Live At Abbey. Di lagu 'Meja Ini' membuat cewek itu terkenang dengan suaminya dan itu membuat mood-nya menulis rusak.

tepat di sudut ini│di depan meja ini │terakhir kulepas│sebelum dia pergi │masih teringat jelas │begitu membekas │ lirih bicaranya │hancur segalanya

Lihat selengkapnya