"The Joker berlindung dalam riasan badut penuh artifisial dan jenaka, kemudian melakukan kejahatan atas nama satire sarkas terhadap roda kehidupannya."
***
Bisma menuruni tangga dan langsung menghampiri Melanie di kitchen island. Bisma memberi sebuah kecupan di bibir Melanie, seraya say hello. Melanie membalas morning deep kiss dan cuddle itu.
"Morning, Honey."
"Morning, too,"
"Ghea, Putri yang sangat manis. Aku melihat bibir Ariel Tatum dengan perpaduan paras cantik Sophie Muller. Perpaduan yang elok rupawan." Puji Bisma sambil mengamati foto keluarga Melanie dengan latar saat mereka sedang berlibur ke Aussy yang di jadikan wallpaper layar monitor laptop Melanie.
Bisma bangun kesiangan gara-gara 'hangover' semalam. Rencananya, Mereka hari ini akan bertolak ke Jakarta. Melanie sudah memesankan tiket kepulangan untuk mereka melalui jasa jual beli tiket online barusan.
"Siapa dulu,Ibunya." Melanie menutup laptopnya.
"Bukan siapa dulu,Papanya? Dia 'kan yang mencetak putrimu itu di rahimmu." Melanie mencubit lengan Bisma. Bisma pura-pura meringis kesakitan.
Saat ini mereka berpindah ke ruang makan. Bisma membantu membawakan dua piring berisi nasi goreng petai plus telur ceplok mata sapi yang khusus dibuat Melanie untuk sarapan pagi mereka saat ini. Dua cangkir teh hangat menjadi pelengkap menu yang menggoda untuk segera diminum.
“Wait, Bisma, bukanya kamu juga memiliki buah hati yang parasnya tampan melebihi dirimu. Siapa Namanya?” Mereka menyantap sarapan sambil mengobrol hangat.
“Rendra Abimnayu.” Bisma menjawab padat. Mata elang lelaki itu menerawang, sekilas kalau diamati serius mimik lelaki itu terlihat sedang membayangkan sesuatu yang serius.
Kamu ‘ngga tahu bagian ‘rahasia’ itu, Melanie. Suatu saat aku kan ceitakan perihal itu. Bagaimana akau selama ini membawa dan menyimpan aibku keman-mana di balik kegagahan, ketampanan, dan kekayaan, pelukis dan penulis muda yang sukses dan beristri cantik seperti Jelita Maharani. Mungkin setangkap orang umum, aku memiliki keluarga yang nyaris sempurna. Memiliki segalanya. Tapi, tahukah kamu Melanie ada ‘lubang’ gelap di kehidupanku yang gemerlap.
“Kok malah melamun, Bisma,”Melanie menyenggol lengan lelaki disebelahnya. Bisma kaget.
"By the way, kenapa kamu merasa cocok denganku Bisma?" Pertanyaan itu membuat raut muka Bisma serius dan sedikit tegang. Suapan terakhir telah melewati mulutnya. Demikian pula Melanie. Dua gelas teh juga sudah tandas tinggal ampas yang tersisa.
Kini mereka berjalan kembali ke dapur untuk mencuci piring dan gelas kotor di wastafel cuci piring yang ada kitchen island.
Bisma bersandar di tembok. Melanie sibuk mencuci piring dan gelas kotor.
"Kamu, mau dengar jawabanku sejujurnya, Melanie?"Melanie menjawab dengan anggukan yang tegas.