Ada sesuatu yang harus tejadi. Aku sangat membenci itu dalam kehidupan ini, meski itu pasti terjadi dan akan terus terjadi, yaitu perpisahan yang selalu ber-aroma luka. Menyakitkan. - Melanie & Karin
***
Sinar matahari pagi menembus ruangan sebuah kamar mengantarkan rasa hangat melalui ventilasi. Karin menggeliat dari tidurnya. Semalam ia begitu pulas.
Karin langsung menuju dapur, Tampak Damar sudah lebih dulu sibuk berkutat dengan cangkir dan pembuat kopi. Melihat Karin, dia serta-merta menyapa ramah.
“He, Nyonya Damar yang manis! Sudah bangun, rupanya. Gue baru aja mau bikin kopi buat lo. Seperti biasa, kan? Pakai krim dan gula satu sendok?”
“Hem, boleh. Terima kasih ya, Honey,” jawabnya tulus sambil tersenyum.
Karin memeriksa isi kulkas. Dia mengeluarkan anggur merah, jeruk, dan dua botol minuman mineral dari sana. Langkahnya kemudian beranjak ke kabinet atas untuk mengambil empat bungkus camilan. Damar memandangi seluruh bawaan di tangan istrinya dan tersenyum.
"Kita nikmati pagi ini di taman di samping kamar tamu, yuk, mau?" Ajak Damar.
Sesungguhnya, Karin sempat menangkap ekor mata Damar yang diam-diam mengikuti gerak-geriknya sedari tadi. Damar sedang berjaga-jaga, memastikan Karin tidak mendengar suara-suara aneh yang mungkin ia dengar dari Basemen semalam.
Damar lega karena Karin tidak sedikitpun menyoal apa yang ia khawatirkan. Rupanya obat tidur yang dibubuhkan ke air minum Karin semalam bereaksi dengan sangat baik.
Karin tidak menyadari sedikitpun kegaduhan yang timbul semalam saat preman-preman bayaran memindahkan dan membawa Bisma dan Lesmana ke basemen yang sudah Damar sulap menjadi ruang penyiksaan untuk kedua lelaki yang dianggapnya pecundang dan musuh besarnya itu.
Karin memang sempat menaruh perasaan yang tidak biasa ke sikap Damar yang tumben pagi-pagi sudah bangun dan meladeninya membuatkan kopi untuknya. Damar yang biasa bangun siang dan bersikap Bossy kepadanya yang minta untuk selalu diladeni sekecil apapun kebutuhannya.Tapi, Karin menepis pikiran negative itu. Mungkin Damar sedang ingin memanjakan dirinya. Mengingat beberha hari kemarin jarang ketemu dan 'Me time' karena Damar sedang ke luar kota untuk urusan bisnis.
Mungkin saja setelah ini Damar akan meminta 'quickie sex' lagi. Karin tersenyum samar. Damar akhir-akhir ini memang ketagihan model bercinta sex kilat di pagi hari itu. Tempatnya pun yang dipilih Damar untuk aktivitas kilat itupun tidak lazim ; kadang di kamar mandi, garasi, dapur bahkan di taman seperti beberapa hari yang lalu.
Untung, dirumahnya belum ada pembantu lagi. Damar sudah memesan jasa penyalur binatu tapi belum menemukan yang cocok.
Terdengar suara bel. Karin bergegas meninggalkan dapur seraya menyempatkan berkata ke Damar, Honey, gue tunggu kopinya di Taman, ya.”
“Baik, Ratu,” sahut Damar sambil membungkuk hormat dengan senyum mengejek. Lagi-lagi, Karin tersipu dengan perlakuan Damar.
Sejurus kemudian, Damar datang dengan senyum simpatiknya menghidangkan kopi. Sulit memungkiri, kopi buatan Damar memang yang terbaik yang pernah Karin sesap. Tidak percuma dia berlatih ke banyak ahli soal ini.
Beberapa hari kemarin Damar keluar kota untuk menemui seorang teman yang ahli meracik kopi. Damar berniat membuka cafe dalam waktu dekat. Karin mulai mempertimbangkan niat berbisnis suaminya itu.
Ternyata tadi yang memencet bel adalah orang-orang Damar. Beberapa anak muda yang berbadan tegap, kekar dan atletis berdiri di depan pintu. Damar mengatakan mereka adalah Barista terlatih yang akan mengurus bisnis cafe miliknya nanti. Karin mempercayai begitu saja.
Damar mengajak para pemuda itu menuju basemen dengan dalih untuk meeting pagi memantapkan rencana bisnisnya. Sekali lagi, Karin mempercayai ucapan suaminya itu.
Pagi itu Karin dan Damar gagal menikmati kopi bersama. Akhirnya, Karin menikmati kopi itu sendiri di temani beberapa camilan yang sudah disiapkan tadi. Liger, nama kucing kesayangan Karin jenis Persia turut setia menemaninya.
***
Karin menikmati secangkir kopi pagi dengan bermain scroll medsos. Liger terlihat menggeliat dan memainkan ekor lebatnya.
“Nggemesin banget sich kamu, Liger. Jadi pengin videoin, deh. Sebentar, ya. Sekalian aku ambil laptop,” ungkap Karin bicara kepada kucing kesayangannya itu dan bergegas mengambil kamera video dan laptop di kamar.
Karin mulai menghidupkan kamera video untuk merekam, mengabadikan segala tingkah laku Liger.
Tanpa sengaja, kibasan ekor lebat Liger menggulingkan cangkir kopi hingga berkeping-keping di lantai. Karin menjerit tertahan dan segera mengangkat Liger agar tak terkena pecahan tajam. Karin bergegas membereskan segala kekacauan.
Setelah semuanya bersih, Karin melanjutkan dengan mandi pagi. Tinggal Liger yang tampak gelisah membersihkan sisa kopi yang menempel di bulu-bulunya.