Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #31

Chaos

Menyulam luka menjadi kekuatan memang tidak mudah. Serupa perban, waktu hanya mampu menyimpan sesuatu menjadi kenangan tapi tidak mampu untuk menghilangkan segala ingatan bahkan bekas sayatan sembilu cinta apalagi menyembuhkan.

***

Perihal Lesmana yang ikut diculik, Rama mengetahui darimana percikan dendam itu bermula kepada adiknya itu.

Tiga hari sebelum kejadian penculikan itu...

Rama dengan reaksi terkejut membaca pesan teks dari Sandra. Rama juga sedang tidak menginginkan sebuah drama hadir saat ini. Bagi Rama, Sandra adalah masa lalu. Tapi, deretan pilihan kata yang dikirimkannya untuknya mampu membangunkan kenangan lama yang sedang tertidur.

@RamaAdipatiJangan salah paham, Aku hanya butuh teman curhat untuk membantu memahami arus pikiran Lesmana yang akhir-akhir ini sering kali tidak menenangkan hatiku. Meski, jujur, bila aku bisa melipat waktu, aku ingin memutar waktu dan memilihmu bukan menjatuhkan pilihan ke Lesmana sebagai kekasihku. Apakah menurutmu adil tindakan Lesmana setelah menikmati bersama dan melakukan pelepasan sama-sama dengan begitu mudah meminta menggugurkan apa yang telah tumbuh di rahim seorang perempuan malang?

Karena persoalan serius itu, Rama tadi setelah dari bertemu klien untuk menjalin kerja sama bisnis langsung menuju restauran sesuai share lock dari Sandra. Alasan Lesmana tega menyuruh seorang perempuan melenyapkan darah dagingnya sendiri saat janin itu belum juga menghirup udara segar di dunia ini membuat Rama marah. Semua itu masih menurut pengakuan sepihak Sandra. Meski Rama tidak yakin Lesmana telah berbuat sejauh itu terhadap Sandra, Rama harus tahu apa yang sebenarnya telah terjadi diantara Sandra dengan adiknya itu.

Sandra menyebut nama sebuah restauran untuk tempat mereka bertemu. Well, seingat Rama, restauran itu dulu memang menjadi spot favorit mereka bertiga nongkrong sepulang sekolah, yaitu restauran yang di lantai atasnya terdapat toko buku sastra. Lesmana dan dirinya sering membuatku naskah teater untuk dipentaskan di temani Sandra.

Sementara, Rama berkali-kali menghubungi Lesmana tidak pernah diangkat. Pesan tidak dibalas. Sampai akhirnya mereka bertemu dalam kondisi yang tidak mengenakkan di pelataran parkir restauran itu.

***

Rama melihat sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Sang gadis menangis dan tangannya berusaha menarik tangan Sang pria yang hendak pergi. Tak jelas apa yang mereka pertengkarkan. Tapi Sang gadis berkali-kali menunjuk ke arah perutnya. Disisi lain, masih di dekat gadis itu, seorang gadis lain berdiri mengamati dengan wajah penuh cemas dan ketakutan.

Gerakan dan ekspresi wajah sepasang kekasih yang sedang bertengkar itu terlihat kegundahan yang begitu dalam bercampur dalam sorot kemarahan dari mereka berdua. Sebuah kekalutan yang dalam bercampur rasa ketakutan yang sangat terpancar dari wajah-wajah mereka.

Rama berhenti sejenak, lama ia memperhatikan pertengkaran itu. Cowok itu kaget, karena yang sedang bertengkar hebat itu ternyata Karin dengan Lesmana, adiknya. Perempuan satunya lagi tidak lain adalah Sandra.

Rama serius mengamati dua mahkluk yang sedang bersitegang. Baru beranjak dari tempatnya, bergegas menghampiri ketika sebuah tamparan dari pria itu mengenai pipi sang gadis. Reflek, pikirannya merangkai kejadian buruk yang bisa saja menimpa Karin bila Ia tidak segera menampakkan dirinya, melerai mereka.

''Hei! Hentikan! Jangan gampang main tangan dengan perempuan gini dong.'' Rama langsung memposisikan dirinya tepat di tengah di antara mereka yang masih beradu mulut. Lesmana sempat kaget dengan kedatangan kakaknya yang tiba-tiba.

''Hah, Rama this isn't your business! Suka banget menjadi pahlawan kesiangan. Apa, jangan-jangan engkau datang ke sini untuk Sandra ya? Rupanya kamu masih menyukai perempuan ini, ya? Ambil Sandra untukmu! Oh, ya, aku baru ingat, kamu memang masih terobsesi dengan Sandra maka kenapa kamu memacari Ghea yang menurutmu wajahnya mirip sekali dengan Sandra!'' Lesmana berucap ketus, mendengus keras, mendekatkan tubuhnya ke Rama.

Sandra terlihat kaget mengetahui Rama yang sudah datang. Karin masih menangis histeris. Rama sendiri nampak menjadi bingung. Firasat buruk. Batinnya.

Lihat selengkapnya