Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #33

Lelayu


Hidup memang tidak bisa selalu sesuai dengan kehendak kita. Ada kekuatan luar biasa yang mengatur dan kita tidak bisa campur tangan sama sekali. Garis takdir dan nasib seseorang tidak akan selalu sama dan penuh misteri. -Damar Jati Asmoro-

***

Laki laki berkaos oblong putih gambar barong Bali dan bercelana pendek nampak melampiaskan kekesalan hatinya ke seperangkat drum yang mengisi ruangan kamar pribadinya yang lebih mirip studio musik. Ia menggebuk drum secara emosional. Kakinya menghentakkan pedal drum seiring stik drumnya menabuh simbal dengan keras hingga stick itu patah.

Ghea mengamati kekasihnya dari sebuah bangku sofa panjang yang menghadap langsung ke mini stage studio di mana Rama sedang beraksi. Ornamen dinding kamar cowok berbintang leo itu didominasi dengan gambar-gambar musisi idola dan tokoh lukis dari dalam dan luar negeri. 

Tiga gitar akustik bersandar di tripod stand gitar dari alumunium berwarna hitam semakin menasbihkan pemiliknya yang memiliki ketertarikan dunia musik yang kuat.

Di sudut lain ruangan di dekat jendela kamar, sebuah rak mini berisi buku-buku favoritnya; buku novel,puisi dan buku lukis menjadi pustaka pribadi yang cocok menjadi tempat 'healing' bagi siapapun yang mengaku pecinta buku.

Kertas - kertas HVS berukuran A4 berisi panel-panel gambar yang belum selesai di kerjakan berserakan memenuhi meja belajar.

Tiba-tiba handphone Rama di atas meja kamar berdering. Di layar tertera Seno's calling. Ghea memberikan isyarat kepada Rama untuk menerima panggilan telepon.

" Halo, Rama, aku sudah mendapatkan seragam yang kamu pesan. Apa kita bisa bertemu dirumahmu sekarang?" ucap Seno dari ujung telepon.

"Ok, Seno. Aku tunggu sekarang, ya." jawab Rama singkat.

"Siap. Tapi, rupanya kamu harus sedikit bersabar. Jalanan sedang macet biasa ada bukarpa lewat." Sahut Seno.

"Bukarpa? Jenis varian baru Si Komo ya itu, Seno?" canda Rama menanggapi akronim 'bubaran karyawan pabrik' ( bukarpa ). Seno ikut terkekeh.

"Ok, aku lanjut otw, ya mumpung kemacetan sudah terurai nich atas jasa Pak Polisi." Seno mengakhiri obrolan.

Lima belas menit kemudian....

"Rama, bagaimana rencana kita selanjutnya?" tanya Ghea penasaran

"Aku akan menghubungi beberapa rekan teater yang pandai berakting untuk membantu kita."

"Rekan teater itu nanti ber-acting sebagai jasa kurir sebuah ekspedisi. Kurir itu mengirimkan berbagai material untuk melukis dari seorang rekan politik Damar di masa lalu yang sekarang menjadi dubes di luar negeri - seperti yang pernah diceritakan Karin tempo hari. Dubes itu meng-endorsement lukisan Damar."Rama menjelaskan strategi pembebasan itu. Ghea dan Seno mendengarkan dengan serius.

"Seno nanti datang seolah-olah hendak mengunjungi Karin. Di saat Damar sibuk menerima dan mengawasi pembongkaran paketan yang dikirim kurir expedisi tersebut, Seno bekerja sama dengan Karin mencuri kunci basemen lalu membebaskan Bisma dan Lesmana melalui pintu belakang basemen."

"Aku stand by dengan satu mobil menunggu di belakang basemen dan bertugas membawa kabur keduanya."

"Kamu dan Mama Melanie nanti berjaga dan memonitor dari radius jarak aman dekat rumah Damar bersama polisi yang siaga bila ada keadaan yang tidak terkendali."

" Do'akan semoga strategi ini berhasil sesuai rencana."

"Aamin."sahut Ghea dan Seno bersamaan.

Seno berpamitan pulang.

Rama tersenyum puas usai memeriksa dua pakaian seragam yang baru saja diantarkan Seno. Seragam itu biasa dipakai oleh kurir sebuah expedisi dari platform belanja online terbesar di Indonesia.

Mama Melanie yang datang selang beberapa saat setelah Seno berpamitan terlihat berbincang serius dengan Ghea. Rama bergabung dengan obrolan Ibu dan anak itu.

Lihat selengkapnya