Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #34

Perjalanan Rasa

Kita adalah puzzle-puzzle yang saling menggenapi, serupa kancing baju yang begitu pas mengisi setiap lubang-lubangnya

***

Beberapa bulan kemudian.

Bahagia itu seperti detak jantung, seperti udara sejuk yang berhembus, seperti hangat matahari sepanjang hari. Dia selalu ada, selalu bisa kamu rasakan selama napas masih berada di kerongkonganmu.

Tepuk tangan membahana mengiringi dua mempelai yang baru saja sukses menjalani prosesi akad nikah. Mereka saling berciuman hangat. Bisma dan Melanie telah sah menjadi suami istri.

Pernikahan mereka sengaja digelar di Bali. Di Villa pribadi milik Bisma.

Pernikahan digelar dengan sangat privacy dan tertutup. Hanya dihadiri dua keluarga, kerabat dekat, sahabat dan kawan-kawan mereka yang berjumlah puluhan saja.

Nampak pasangan Lesmana dengan Karin. Bryan, tamu spesial Melanie. Meski awalnya Melanie sempat kaget saat Lelaki bule itu mengirim DM dan berkata akan hadir di saat pernikahannya dengan Bisma.

Bryan menepati janjinya. Melanie nampak kaget dengan kedatangan Bryan di pernikahannya, namun tidak lama, suasana mencair begitu saja, sebab Melanie melihat Bryan selalu berada di sisi Sandra, terkadang mereka saling berciuman mesra. Apa lagi ditambah setelah Melanie mengetahui status mereka berdua sudah menikah. Tentu Sandra tidak tahu yang terjadi diantara mereka sebelumnya. Bryan tampak bahagia di samping Sandra yang sedang hamil muda.

Sementara Lesmana, cowok itu sepertinya tidak mengambil pusing dengan kehadiran Sandra. Lelaki itu menganggap hal terjadi yang kemarin adalah masa lalu. Dan saat ini mereka telah berada di era baru dengan masa depan mereka masing-masing. Itulah yang diyakininya. Lesmana memeluk pinggang ramping Karin.

"Saatnya kini kedua mempelai akan melempar buket!" MC wedding mengumumkan prosesi yang sebentar lagi akan di lakukan. Seluruh tamu yang hadir tepuk riuh menanggapi.

"Silahkan, para pasangan lajang untuk mendekat ke bibir panggung. Kita hitung mundur bersama. Hitungan kita mulai!" MC memberi aba-aba dikuti semua yang hadirin.

"3,2,..….1!" Buket terlempar jauh ke arah sekumpulan para lajang yang sudah bersiap berebut menangkapnya.

Rama dan Ghea turut bahagia di hari istimewa itu. Mereka ikut berebut menangkap buket itu. Rama berhasil menangkap buket. Ghea tertawa melihat itu. Rama tersenyum bahagia.

***

Kejadian di tengah malam merapat ke dini hari. Ketika semua mungkin sudah terlelap dalam tidur di kamarnya masing-masing.

Tubuh Bisma bergetar kegelian karena helai-helai rambut Melanie terasa menggelitik ketika cewek itu sedang bergelung manja di atas dada telanjangnya. Jari-jari lentik cewek itu bermain-main di atas tubuhnya, menyentuh, mengeksplorasi, membelai-belai jejak lembab keringat yang disebabkan oleh permainan penuh gairah yang mereka lakukan beberapa saat sebelumnya. 

Oh, seandainya cewek itu tahu, betapa nyamannya situasi ini. Rasanya tepat sekali mendapat cinta keduanya tidur-tiduran dengan damai di sisinya.

''Kasih tahu, gue, Melanie...'' Ujar Bisma, sementara jari-jarinya terus membelai rambut Melanie. ''Ini mimpi atau bukan?''

Melanie tidak menjawabb sepatah kata pun. Tapi sejurus kemudian, dia memukul pelan lengan atas cowok itu.

''Ouch! Ngaapain loe mukul gue segala?!''

''Sakit nggak?'' cewek itu mengangkat kepalanya sedikit, lalu memiringkannya hingga bisa melihat ekspresi di wajah Bisma ketika dia berkata,"Kalau sakit, berarti ini jelas bukan mimpi.''

Dan kalau mimpi, nggak mungkin juga kan terjadinya berkali-kali, tiga, empat kali? Melanie berhenti berhitung begitu merasakan pusaka rahasia sejuta umat para pria di semesta itu mengeras lagi ketika menempel di salah satu sisi perutnya.

Cowok itu begitu memiliki stamina yang prima. Staminanya seperti nggak ada habis-habisnya. Tentu saja Melanie tidak mengganggap ini hal yang buruk. Satu-satunya yang dia komplain tentang percintaan mereka sejak tadi adalah fakta bahwa sekarang punggungnya terasa ngilu kayak mau encok. Note to self, habis ini harus lebih banyak lagi berolah raga.

''Loe kan bisa nyadarin gue pake cara lain...yang lebih romantis gitu...''

Melanie tertawa saja, sampai akhirnya Bisma menariknya mendekat dan memberinya ciuman dalam dan lama. Setiap gerakan tubuh mereka, helaan, dan erangan, ciuman dan pelukan, bertemu dengan harmonisnya seperti ketukan melodi yang teramat indah.

Lihat selengkapnya