Kuda Jantan Dan Pelukis Kesepian

Bisma Lucky Narendra
Chapter #36

Epilog



Dan, kamu tahu kelemahanku. Aku hanyalah lelaki titisan Adam yang tidak mungkin berani mengulang dosa leluhur demi sebuah hasrat atas nama cinta. Aku menghormatimu seperti aku menghormati ibuku.

Rama Adipati

***

Pukul 23.59 WIB.

Langit malam hitam pekat tanpa bulan dan bintang. Petir bergemuruh menggetarkan tubuh semesta. Kilatan petir serupa blitz kamera sesekali membelah angkasa malam. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Traffic jam itu sesuatu yang nggak bisa diprediksi, membosankan dan melelahkan. Tapi, bagaimana lagi ini Jakarta gitu loh, denyut nadinya 24 jam non stop!. Rama dan Ghea terjebak kemacetan lalin hampir satu setengah jam sepulang dari bioskop.

Ghea hampir saja terlelap dalam tidurnya, ketika mendengar suara Rama membangunkan dengan sedikit menggoyang bahunya.

Rasa kantuk itu mendadak hilang begitu menyadari sudah sampai ke rumah.

"Ghea..." Rama terbawa suasana dingin di dalam mobil. Lalu dengan lembut meraih dagu Ghea dan mencium dengan lembut bibir Ghea. Ghea antara setengah sadar karena belum bisa menguasai diri sepenuhnya sehabis tidur itu berusaha mengimbangi Rama dengan membalas ciuman yang bertubi-tubi itu.

"Rama ..." Hanya suara itu yang terucap dari Ghea, selebihnya erangan tertahan yang terdengar dari bibir cewek itu.

Cewek itu memejamkan mata ketika bibir mereka bersentuhan. Ghea bisa merasakan sensasi dingin menthol di mulut Rama.

Reflek Rama menarik tubuhnya menjauh dari Ghea. Cewek itu lega sekaligus kecewa ketika Rama menjauhkan bibirnya dari bibir Ghea.

"Ghea...lapar," Rama merajuk.

''Hehe, yuk kita makan dulu!." Mereka keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.

Ghea sudah akan membawa cowoknya ke meja makan ketika cowok itu menahan langkahnya tepat saat mereka melintasi ruang ramu.

''Bentar, bentar. Tapi, tadi itu nggak cukup.'' 

Lihat selengkapnya