Kukejar Kau dengan Restu Langit

mahes.varaa
Chapter #2

BAB 2

“Kamu jahat banget, Di!” Begitu sampai di ruang dosen, Danu langsung memukul bahu Adi dan menggoda Adi mengenai kejadian tadi. “Kalo gadis muda tadi adalah aku, aku pasti sudah nangis di kasur berhari-hari setelah dengar penolakanmu yang jahat itu, Di!”

“Untung aja, bukan kamu!” Adi menjawab sembari meletakkan tas punggungnya, mengeluarkan laptopnya dan memeriksa email dari mahasiswanya terkait tugas yang diberikannya minggu lalu. “Emang kedengarannya jahat, tapi aku bicara dengan jujur. Nyatanya meski gadis muda tadi adalah mahasiswa di salah satu kelasku, aku emang enggak ingat namanya sama sekali.”

“Dasar kamu, Di! Sia-sia saja kamu punya wajah tampan, tapi kamu selalu nolak wanita yang deketin kamu!” komentar Danu.

“Kenapa sia-sia?” Adi membalas tidak ingin kalah. “Hanya karena aku tampan, bukan berarti aku harus menggunakan wajah ini untuk menarik perhatian para wanita! Ucapanku benar kan?”

Danu tadinya ingin membuka laptopnya dan melakukan hal yang sama dengan Adi. Tapi setelah mendengar ucapan Adi, Danu menghentikan niatnya. Danu bangkit dari kursi kerjanya, menghampiri Adi dengan duduk tepat di kursi depan meja kerja Adi. Dengan saksama, Danu memperhatikan wajah Adi yang sedang sibuk memeriksa emailnya dan mencocokkannya dengan daftar nama mahasiswa di salah satu kelasnya.

“Berhenti lihat aku, Danu! Apa kamu enggak punya kerjaan?” Masih dengan mata yang tertuju ke arah laptop dan daftar nama mahasiswa kelasnya, Adi memberikan peringatan pada Danu.

“Aku punya banyaaak sekali kerjaan, Adi! Tapi itu bisa nanti. Sekarang … pikiranku sedang fokus sama kamu, Di! Aku penasaran kenapa rekan kerjaku ini yang punya wajah tampan, populer di kalangan wanita dan digilai banyak wanita, justru hingga sekarang masih sendiri. Aku penasaran, kenapa rasanya seperti kamu sama sekali tak pernah tertarik dengan wanita, Di?”

Buk!

Sebuah buku laporan mendadak melayang dengan cepat dan langsung mendarat dengan cukup kencang di atas kepala Danu.

“Argggh!” Danu mengerang kesakitan sembari memegang kepalanya yang baru saja mendadak jadi tempat pendaratan buku laporan yang cukup tebal. “Adi, kamu!!!”

“Tadi aku sudah kasih peringatan kan? Tapi mulutmu itu enggak mau nutup juga! Jadi aku pakai cara lain untuk nutup mulutmu, Danu!”

“Bahkan sama aku saja kamu jahat banget, Di! Aku ini kan temanmu, Di!” Danu bicara sembari bangkit dari duduknya, masih dengan tangan yang memegang bagian kepalanya yang sakit.

“Justru karena kamu temanku, aku pakai cara ini. Harusnya kamu sudah kenal banget sama aku, Danu! Kamu jadi teman aku udah lama banget, bukan setahun dua tahun saja!” Adi membalas dengan wajah datarnya, masih dengan mata yang sibuk memeriksa email dan daftar nama mahasiswa di kelasnya.

“Aku emang udah lama banget kenal sama kamu, Di! Tapi itu juga yang buat aku semakin penasaran aja sama kamu, Di!”

Adi yang tadi sibuk memeriksa emailnya, mengerutkan alisnya dan menghentikan pekerjaannya. Ucapan Danu baru saja, berhasil menyita perhatian. “Kamu penasaran soal apa?”

“Kenapa kamu kelihatan sama sekali enggak pernah berniat untuk punya pasangan? Padahal ada banyak wanita yang ngejar kamu, Di!”

“Aku punya alasan sendiri.”

“Alasan?” Danu mengulang kata itu dengan nada tidak percaya. “Kamu pasti hanya membual soal alasan itu kan, Di!”

Adi kembali ke tugas dan layar laptopnya. “Terserah sama kamu saja! Aku sibuk! Jangan ganggu aku!”

Lihat selengkapnya