Terjadi lagi.
Adi tadinya bisa bergegas berlari menuju ke lantai enam, gedung tempatnya mengajar seperti biasanya. Tapi ketika sampai di ruangan di mana di gadis muda bernama Mira yang siang tadi ditolaknya dan melihat bayangan Mira berada di tempat yang berbahaya yang bisa membuat nyawanya melayang, tubuh Adi mendadak membeku.
Ini terjadi lagi.
Lagi dan lagi.
Apa kali ini mereka akan menyalahkanku seperti waktu itu?
Di saat genting di mana Adi seharusnya bersikap tenang karena dirinya adalah dosen psikologi, Adi justru sibuk dengan kenangan buruk yang memenuhi kepalanya. Ingatan lama yang ingin Adi buang, kembali dalam waktu singkat dan membuat Adi kehilangan ketenangannya.
Apa kali ini … kejadian waktu itu akan terulang lagi?
Di sisi lain.
“Siapa nama Mbak?” Danu bertanya sembari berjalan mengendap menuju ke jendela tempat Mira bersiap untuk menghabisi dirinya sendiri.
“Sena, Pak. Saya staf perpustakaan kampus ini, Pak.”
“Mohon maaf sebelumnya, saya Danu-dosen di jurusan psikologi. Lalu rekanku di sana adalah Adi. Dia juga sama denganku, dosen di jurusan ini. Mohon maaf sebelumnya, hubungan Mbak dengan gadis muda itu, apa?”
“Mira, Pak.”
“Ya?”
“Nama gadis muda di sana adalah Mira, Pak.” Sena sedikit merasa heran karena dosen di depannya sama sekali tidak mengenali Mira, bahkan tidak tahu nama Mira setelah kejadian hari ini.
“Mbak ada di kelas saya, tapi sayangnya saya enggak ingat nama Mbak sama sekali. Mbak tahu sendiri kan kelasku selalu penuh dengan mahasiswa. Jujur saja, aku enggak ingat satu persatu nama mahasiswa di kelasku.”