Kukejar Kau dengan Restu Langit

mahes.varaa
Chapter #5

BAB 5

“Pak Adi nolak aku dengan jahat, Mbak! Pak Adi bahkan bilang dia sama sekali enggak ingat namaku, Mbak! Aku malu banget, Mbak! Gara-gara Pak Adi, aku malu banget, Mbak! Gara-gara Pak Adi, aku jadi gunjingan anak-anak lain! Mereka bilang di rumahku enggak ada kaca besar, sampai-sampai aku berani menyatakan cinta dan ngajak pacaran Pak Adi!”

Sama seperti dulu, mereka pasti akan menyalahkan aku!

Dengan perasaan buruk, Adi berdiri membeku mendengar ucapan Mira yang sedang menyalahkan dirinya atas keputusannya memilih bunuh diri. Benak Adi memutar salah satu kenangan buruk yang pernah dialaminya dan paling ingin dihadapinya.

“Dasar anak pembawa sial! Kalo bukan karena kamu, adikku enggak akan mati dengan cara kayak gini!”

“Denger-denger katanya anak itu adalah anak pembawa sial?”

“Heh, kok bisa?”

“Gimana enggak dalam waktu tiga tahun, ibunya, ayahnya bahkan ibu tirinya mati. Kalo bukan anak pembawa sial, trus apa sebutannya?”

Sial!  Adi mengumpat dalam benaknya dengan kedua tangannya yang mengepal menahan perasaan kesalnya. Kejadian itu pasti akan terjadi lagi. Ya … lagi-lagi, mereka pasti akan menyalahkanku.

Di saat Adi bersiap untuk menerima kesalahan, Adi melihat wanita bernama Sena yang melirik sedikit ke arahnya.

Kenapa dia melihatku? Apa dia akan menyalahkanku karena dia teman Mira? Adi menundukkan kepalanya, mengembuskan napas panjang bersiap untuk menerima kesalahan yang bukan kesalahannya. Aku pasti akan disalahkan lagi sama seperti waktu itu.

“Kenapa kamu malah nyalahin Dosen Adi? Sama seperti kamu, Dosen Adi pasti sama malunya kayak kamu, Mira!”

Kenapa? Adi mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk bersiap menerima kesalahan yang tidak seharusnya. Dia enggak nyalahin aku, kenapa?

“Mbak Sena, temanku kan? Kenapa Mbak Sena malah belain Pak Adi yang bahkan Mbak enggak kenal?”

Dari tempatnya berdiri, Adi dapat dengan jelas mendengar suara Mira yang bicara dengan nada tidak terima.

“Justru karena aku temanmu, aku bicara kayak gini, Mira! Kamu tahu kan, membuat pengakuan cinta hanya akan beri kamu dua jawaban: diterima atau enggak. Ketika kamu berani mengambil keputusan untuk membuat pengakuan cinta, kamu harusnya siap dengan dua kemungkinan itu, Mira!”

Kenapa? Adi benar-benar tidak menyangka, wanita bernama Sena, yang bahkan belum dikenalnya akan membela dirinya.

“Tapi, Mbak! Pak Adi nolak aku dan caranya jahat banget, Mbak! Padahal aku sudah mengumpulkan semua keberanianku buat bilang kalo aku sama Pak Adi!”

“Apa yang kamu inginkan untuk keberanianmu itu, Mira? Apa Dosen Adi yang nyuruh kamu buat bilang kamu suka sama dia? Pada kenyataannya, Dosen Adi sama sekali enggak ingat dengan namamu, Mira. Apa yang Dosen Adi bilang nyatanya adalah fakta. Apa yang kamu sebut dengan kejam dan jahat, itu hanya pikiranmu sendiri, Mira!”

“Mbak kok malang ngomong gitu sih? Ini namanya bukan membujuk, Mbak!” Danu yang tadi sibuk memasang tali pengaman di tubuh Sena, menegur Sena dengan berbisik karena mendengar ucapan Sena yang terkesan bukan membujuk Mira, tapi justru seolah sedang menyudutkan Mira dan mungkin membahayakan Mira.

“Percaya saja sama saya, Pak! Aku kenal gimana Mira, Pak! Tolong percaya saja sama saya, Pak!” Sena menjawab pertanyaan Danu dengan suara berbisiknya.

“Tapi-“ Danu tadinya ingin mendebat Sena lebih jauh lagi. Tapi situasinya saat ini benar-benar tak pas ntuk berdebat karena masih ada Mira yang berada dalam posisi berbahaya.

Lihat selengkapnya