Aku anak pembawa sial?
Mendengar ucapan dari kakak ibu tirinya, Adi mendadak diam membeku. Kepalanya sibuk menanyakan pertanyaan pada dirinya sendiri.
Aku ini … anak pembawa sial?
Benak Adi memutar semua kenangan buruknya yang dimulai dari kematian ibu kandungnya tiga tahun lalu.
Waktu itu … kalo saja aku enggak bersikeras meminta Ibu membawa jalan-jalan, apa ibuku masih hidup sampai hari ini?
Kalo Ibuku masih hidup, ayah enggak akan bertemu dengan Bunda dan menikah dengannya.
Kalo Ayah enggak nikah sama Bunda, kami enggak akan ke sini.
Kalo kami enggak ke sini, Ayah enggak akan mati karena melindungi aku.
“Kamu memang anak pembawa sial! Harusnya aku bujuk Naya dengan keras agar enggak nikah dengan ayahmu! Kalo Naya enggak nikah dengan ayahmu, Naya enggak akan mati mengenaskan kayak ini!”
Di saat wanita itu terus bicara dan menyalahkan diri Adi yang masih anak-anak, Adi hanya bisa diam membeku. Kepala Adi sibuk membuat pengandaian untuk semua kemalangan yang menimpanya.
Benar! Kalo bukan karena aku waktu itu, Ibu enggak akan meninggal.
Kalo bukan karena aku, Ayah enggak akan kehilangan Ibu.
Kalo bukan karena aku, Ayah enggak akan menikah lagi demi mencarikanku ibu baru.
Kalo bukan karena aku, Ayah enggak akan kemari dan mati karena melindungiku.
Benar! Ini semua salahku!”
Ini semua salahku!
“Hei, Nak! Kenapa kamu cuma diam saja?” Wanita itu mendekat pada Adi dan bahkan menarik baju Adi.
“Hei, Bu! Apa yang Ibu lakukan? Dia masih anak-anak, Bu! Belum ngerti apa-apa!”
“Anak itu enggak salah, Bu! Ini musibah! Kita semua jadi korban, Bu! Bukan cuma Ibu saja! Kita enggak bisa nyalahin siapa-siapa, Bu!”
Beberapa orang yang berdiri di dekat Adi: dari sesama korban hingga relawan, berusaha menarik jauh wanita yang merupakan kakak dari ibu tiri Adi menjauh dari Adi.
“Lepaskan aku! Karena anak ini, aku kehilangan adikku!” Meski ada banyak orang yang berusaha menghalangi, wanita dari ibu tiri Adi masih terus berusaha untuk mendekati Adi dan menyalahkan Adi untuk kematian adiknya.
“Bu! Kalo Ibu cuma buat masalah di sini, kami terpaksa untuk mengusir Ibu dari sini!” Anggota Tim SAR yang ikut melerai, berteriak pada wanita itu dan teriakan berhasil menarik perhatian banyak orang untuk membantu Adi.