Kukejar Kau dengan Restu Langit

mahes.varaa
Chapter #19

BAB 19

“Kali ini Pak Danu ngasih tugas apa?”

Berkat Sena, Adi merasa sedikit nyaman. Akhirnya … Adi membiarkan Rani bersama dengan lima temannya untuk konsultasi dengannya mengenai masalah tugas dari Danu.

“Ini soal gangguan mental, Pak.” Rani menjelaskan tugasnya dari Danu, mulai dari materi apa, tujuan, observasi dan wawancara yang Rani dan kelompoknya lakukan hingga menggunakan alat ukur psikologi untuk menentukan kesimpulan yang tepat.

Adi mendengarkan dengan saksama penjelasan Rani dan membaca semua hasil kerja Rani bersama dengan kelompoknya. Setelah semua Rani jelaskan, Adi menanyakan bagian mana dari tugas Danu yang membuat mereka kesulitan. Rani menjelaskan dan setelah itu … Adi memberikan sedikit penjelasan, lebih sedikit ke clue atau arah yang akan membawa Rani dan teman-temannya menemukan jawaban yang mereka cari.

“Apa masih ada yang belum dipahami?” Adi bertanya setelah satu jam terlewat begitu saja tanpa disadarinya. Konsultasi yang lebih mirip dengan diskusi, ternyata lebih baik dari yang Adi duga. Baik Rani maupun teman-temannya menerima dan merespon dengan baik penjelasan Adi.

Rani melihat ke lima temannya sebelum menjawab. “Kami rasa cukup sampai sini saja, Pak.”

“Bagus kalo begitu. Enggak sia-sia mulut Bapak capek bicara ini itu. Tapi kalian harus tekankan satu hal, gangguan mental terkadang awalnya disebabkan oleh masalah sederhana. Dibiarkan dan dipendam untuk waktu yang lama, sampai akhirnya menjadi masalah besar di kemudian hari. Dan sering kali gangguan mental pada seseorang bukan hanya satu saja. Satu masalah kecil yang dibiarkan tanpa diobati membuat seseorang di kemudian hari, menderita banyak gangguan mental.”

“Ya, Pak. Kami akan ingat. Makasih banyak waktu dan penjelasannya, Pak.” Rani bangkit dari duduknya. “Tapi Pak Adi, tolong rahasiakan ini dari Pak Danu ya, Pak.”

“Oke, Bapak paham kok.”

Segera setelah selesai dengan urusannya, Rani dan lima temannya bangkit dari duduknya dan bersiap untuk keluar dari ruang meeting. Adi pun juga mengikuti Rani dan kelima rekannya, untuk keluar dari ruang meeting. Akan tetapi ketika Adi hendak keluar dari ruang meeting, salah satu mahasiswi teman Rani berbalik dan mendorong Adi.

Klik!

Adi yang terlambat bereaksi, terpelanting ke belakang dan mahasiswi itu sudah mengunci pintu ruang meeting.

“Pak Adi!!” Rani berteriak memanggil Adi. Sementara teman-teman Rani berteriak memanggil Yara.

“Yara!!! Buka pintunya!!”

Yara?? Mau apa anak ini? Apa kejadian Mira akan terulang lagi? Adi yang sempat jatuh ke belakang dan bahunya membentur meja, berusaha bangkit dan mendengar teriakan dari balik pintu ruang meeting yang terbuat dari kaca tebal. Meski merasa sedikit sakit pada bagian bahunya, Adi berusaha menganalisa mahasiswi di depannya untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.

“Kali ini apa, Yara? Apa kamu juga ingin bilang cinta sama saya? Kalo kamu lakuin itu, jawaban yang akan kamu dengar sama seperti jawaban yang selalu saya berikan!” Adi mengingatkan dengan tegas.

“Saya memang penggemar Bapak. Sejak lama saya adalah penggemar Bapak. Saya bahkan sudah pernah menyatakan perasaan saya pada Bapak lewat surat dan seperti kebanyakan mahasiswi lainnya perasaan saya berakhir dengan penolakan. Tapi-“

Lewat surat? Surat-surat itu bahkan tak pernah aku buka satu pun. Adi mengingat ada banyak sekali surat cinta yang diterimanya bahkan sekarang, sesekali Adi juga akan menemukan surat cinta entah itu di bukunya atau di meja ruang dosen. “Tapi apa?”

“Tapi Bapak nolak teman saya dengan jahat. Karena Bapak temanku harus-” Yara mengeluarkan pisau lipat dari dalam tasnya dan menghunuskannya ke arah Adi.

Deg! Lagi-lagi begini.

Aku disalahkan lagi.

Lihat selengkapnya