Kukejar Kau dengan Restu Langit

mahes.varaa
Chapter #24

BAB 24

“Alasan pertama aku ditolak adalah karena aku populer.”

Karena masalah percintaannya dengan Sena, Adi sekarang lebih sering curhat dengan Danu. Maklum saja teman dekat yang dimiliki oleh Adi, hanya Danu seorang. Dan Danu juga sudah beristri, yang mana menurut Adi sudah cukup berpengalaman mengenai masalah percintaan.

“Ha ha ha!” Seperti biasanya, Danu selalu menertawakan Adi karena momen di mana Adi bermasalah dengan cintanya kepada Sena adalah hal yang jarang terjadi dan ini adalah momen pertama sejak Adi mengenal Danu. “Ba-baru kali ini aku dengar ada cewek yang nolak kamu dengan alasan karena kamu terlalu populer, Di! Ha ha ha!!!”

Puas sekali tawamu, Dan!! Adi membatin dalam benaknya sembari mengingat momen di mana Sena menjelaskan alasan pertamanya menolak Adi dengan menjawab pesan yang dikirimnya di kemudian hari.

Sena: Maaf baru balas, Pak. Sebenarnya saya enggak ingin mengatakan ini karena mungkin terdengar konyol. Tapi sejak dulu saya punya harapan untuk hidup dengan tenang. Dan untuk bisa hidup tenang, saya enggak bisa punya hubungan dengan Bapak. Pasti Bapak ngerti apa yang saya maksud kan?

Bapak punya terlalu banyak penggemar dari kalangan mahasiswi, staf kampus dan dosen. Kalau saya mendadak punya hubungan dengan Bapak, saya yakin akan ada banyak orang yang membenci saya dibandingkan dengan mendukung saya, Pak.

“Terus kamu nyerah gitu aja, Di?” Setelah tertawa puas menertawakan Adi, Danu langsung memasang wajah penasaran mendengar cerita Adi di ruang kerjanya ketika tak ada siapapun selain dirinya dan Adi.

“Enggak. Bukan aku kalo nyerah dengan mudah, Dan!” jawab Adi.

Karena mimpinya waktu itu, Adi menolak untuk menyerah. Adi yakin Sena adalah wanita yang Tuhan kirim untuknya dan mimpi itu adalah pertanda dari Tuhan. Jadi Adi tidak bisa menyerah dan berusaha untuk meyakinkan Sena bahwa popularitasnya tidak akan mengganggu ketenangan yang diimpikan Sena dalam hidupnya.

“Terus kamu nembak Sena lagi?” tanya Danu lagi.

“Ya.”

“Dia nerima kamu?” Danu bertanya dengan wajah penuh harap.”

“Enggak.” Adi menjawab lesu.

Danu melipat kedua tangannya di dada dan menatap Adi dengan mata yang sangat serius. “Kali ini, apa alasannya?”

Adi menggaruk kepalanya dan memasang wajah semakin lesu saja. “Keyakinan.”

Buk! Danu mendadak membuka lipatan kedua tangannya dan memukul kakinya sendiri dengan cukup kencang. “Akhirnya … dugaanku beneran kejadian!”

Adi bersandar ke kursinya menatap Danu dengan wajah sangat-sangat penasaran. “Kamu sudah duga alasan itu, Dan?”

“He eh!” Danu menganggukkan kepalanya. “Alasan itu yang kukira jadi alasan utama Sena nolak kamu, Di! Emangnya di agamamu, enggak diajarkan kalo menikah beda agama itu larangan, Di?”

“Itu memang diajarkan. Tapi di jaman sekarang sudah banyak orang-orang yang punya hubungan beda agama, akhirnya salah satu mengalah.” Adi menjelaskan.

Danu melihat Adi semakin serius saja. “Sekarang aku yang tanya. Siapa di antara kalian yang mau mengalah? Kalo aku lihat Sena selama ini, dia bukan tipikal orang yang akan berpindah keyakinannya hanya karena mencintai seseorang. Buktinya dia nolak kamu, Di! Lalu kamu gimana? Kamu mau pindah keyakinan demi Sena?”

Kurasa itu benar.  Adi tidak bisa menjawab pertanyaan Danu secara langsung. Adi diam berpikir dalam benaknya sembari mengingat beberapa momennya ketika bertemu dengan Sena di depan masjid. Beberapa kali bertemu di sana, membuat Adi yakin bahwa Sena adalah umat yang taat.

“Karena kamu enggak bisa jawab, Di. Akan lebih baik kalo kamu pikirin matang-matang dulu, soal tembok besar di antara kalian. Kamu bilang kamu suka dengan Sena. Apa rasa suka itu pantas kamu berikan pengorbanan dengan pindah keyakinan? Pikirin itu baik-baik, Di! Karena masalah ini bukanlah masalah kecil!” Danu memberikan nasihatnya pada Adi dengan wajah serius. “Sena orang yang taat. Penolakannya padamu sudah jadi bukti kalo dia lebih milih keyakinan dari pada menjalin hubungan dengan seseorang yang punya beda keyakinan dan yang akhirnya hanya akan menjadi bumerang untuk masing-masing.”

Tuk, tuk!

Lihat selengkapnya