Kukejar Kau dengan Restu Langit

mahes.varaa
Chapter #25

BAB 25

“Ha ha ha!!”

Tawa kencang terdengar dari Danu. Mobil Adi jadi penuh dengan gema tawa Danu karena tawanya yang terlalu keras.

“Kamu beneran temenku, hah? Aku ditolak tiga kali, tapi kamu malah tertawa kencang kayak gini. Yang benar saja??” Adi mengeluh setelah menceritakan apa yang terjadi tadi siang di depan masjid kampus. Aku kira setelah membulatkan tekadku dan bahkan meminta ijin dan pengampunan dari Tuhan, Sena akan melihat usahaku dan hatinya akan luluh. Tapi … hasilnya benar-benar tak aku duga sama sekali.

“Gimana aku enggak ketawa, Di?? Kamu itu, orang tampan yang digilai banyak wanita di kampus. Kamu juga nerima banyak pernyataan cinta, ajakan pacaran, enggak cuma satu dua kali. Seenggaknya setiap minggu, ada satu dua kali, kamu ditembak. Tapi sekarang ada wanita yang nolak kamu dan bukan cuma sekali tapi tiga kali, Di! Kalo aku enggak ketawa, bodoh donk aku! Ha ha ha!!” Danu tertawa dengan puas lagi.

Danu sialan!  Adi yang kesal, menginjak pedal gasnya, menaikkan kecepatan mobil hitamnya dan mulai melaju dengan sedikit berbahaya di jalanan.

“Adi!!!” Danu berteriak kencang ketika Adi mulai mengemudi dengan kecepatan tinggi di jalanan yang ramai saat jam pulang kerja. “Adi!! Aku masih ingin hidup!!”

“Kalo gitu, berhenti ketawa sekarang!!”

“Ya, iya! Aku berhenti ketawa! Nyetir yang bener, Di! Aku masih belum mati konyol!”

Begitu Danu berhenti tertawa, Adi langsung mengendorkan kakinya yang mnenginjak pedal gas mobil dan kecepatan mobil yang dikendarai Adi, mulai menurun.

Huft, huft!!!

Melihat Adi mulai mengemudi dengan cara biasanya, Danu mulai menghela napas lega dan mulai bicara dengan Adi, bukan mengejek Adi seperti tadi. “Oke sekarang, kamu bilang, Di! Sena masih nolak kamu dengan alasan apa?”

Adi mengingat kejadian siang tadi di depan masjid kampus. Adi ingat bagaimana dirinya menunggu Sena keluar dari dalam masjid dengan sabar dan meminta waktu untuk bicara dengan Sena.

“Bapak nunggu saya di sini?”

“Ya.”

“Ada apa? Apa ada yang penting?”

Adi ingat tadi dirinya sudah mengumpulakn semua tekadnya dan bahkan meminta pengampunan pada Tuhan untuk niatnya. Tapi ketika berhadapan dengan Sena, setengah keberaniannya menghilang. Melihat wajah Sena, membuat jantung Adi berdetak sangat kencang. Sampai-sampai rasanya jantung Adi akan meledak dibuatnya.

“Saya sudah memikirkannya dengan matang. Alasan Mbak nolak saya adalah karena keyakinan kita berbeda. Saya sudah pikirkan itu dan memang itu adalah tembok besar alasan yang sulit untuk dihancurkan. Tapi … “

“Tapi?”

Lihat selengkapnya