Broom, broom!
Seperti biasanya, pagi hari Adi mengemudikan mobilnya dari rumahnya menuju ke rumah Danu untuk menjemput Danu. Tidak seperti sebelumnya yang biasanya Adi mengemudi dengan fokus, kali ini benak Adi sedang tidak fokus. Benak Adi sedang berjalan-jalan ke mana-mana, memikirkan banyak hal terutama hal-hal yang berkaitan dengan Sena.
Sebenarnya … apa yang Sena mau dariku?
Jaminan masa depan?
Apa yang Sena harapkan dari aku?
Tugas yang diberikan oleh Sena, benar-benar tugas yang sangat berat. Rasanya lebih berat dari semua hal yang pernah Adi lalui seumur hidunya. Adi terus berpikir, berpikir dengan keras, tapi sama sekali tidak bisa memahami apa yang sebenarnya Sena inginkan darinya.
Seminggu berlalu setelah Sena tahu bahwa Adi adalah adik kecil yang pernah diselamatkannya. Jarak antara Adi dengan Sena kembali seperti semula. Tapi tak ada perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya. Mengenai perasaannya pada Sena, Adi tetap saja mendapatkan penolakan.
Ya Allah.
Setelah memilih memeluk Islam, Adi mulai membiasakan dirinya menyebut Tuhan dengan sebutan yang biasa digunakan oleh umat Islam: Allah SWT.
Sebenarnya apa yang Sena inginkan dari aku?
Tolong beri aku petunjuk.
Setelah berusaha dengan sangat keras agar Sena memahami perasaannya yang sesungguhnya, setelah memilih dan memutuskan untuk pindah keyakinan dan setelah berusaha dengan keras mempelajari agama Islam, Adi benar-benar tidak tahu lagi bagaimana harus mencari jawaban untuk pertanyaan dan keinginan Sena.
Apa Sena benar-benar jodohku?
Dan setelah semua hal yang telah diusahakan oleh Adi, benak Adi terus mempertanyakan banyak hal terutama mengenai mimpi-mimpinya tentang Sena.
Ya Allah.
Mimpi itu, apa benar mimpi itu adalah pertanda bahwa Sena adalah jodohku?
Bagaimana kalo bukan?
Apa mungkin aku salah menafsirkannya?
Bagaimana kalo mimpi itu hanya bisikan setan padaku?
Kalo itu yang terjadi, haruskah aku menyerah soal Sena?
Meski kami enggak berjodoh sebagai pasangan hidup, tapi Allah sudah mengabulkan doaku untuk bertemu dengan penyelamatku. Kami jadi teman sekarang dan jadi teman bukanlah hal yang buruk.
Benak Adi kemudian berandai-andai, di mana dirinya bukan jadi suami Sena di masa depan.
Deg!
Ketika bayangan itu muncul dalam benaknya, Adi merasakan jantungnya berdetak kencang. Bukan seperti detak kencang ketika melihat senyuman Sena atau terpesona dengan Sena. Detak kencang kali ini terasa berbeda. Ada rasa sakit dalam detak itu dan mendadak rasanya dada Adi seperti teriris-iris.
Sial! Adi yang sedang mengemudi, menggelengkan kepalanya beberapa kali berusaha membuang bayangan yang baru saja membuatnya merasa sedikit sakit. Padahal cuma pengandaian, tapi rasanya sakit-
Ketika Adi berusaha membuang bayangan dalam benaknya, sesuatu tak terduga terjadi di depan mobil yang Adi kemudikan.
Tin!!!
Adi spontan menekan klakson mobilnya ketika di depan mobilnya ada sepeda motor yang dikendarai wanita yang berumur 50 tahunan , tiba-tiba memotong jalan tepat di depan mobil Adi.
Segera setelah menekan klakson sebagai tanda peringatan, Adi langsung membanting setirnya ke arah kiri.