Sena yang sekarang tidaklah sama dengan Sena di masa remaja yang dulu ditemui Adi dan jadi penolongnya. Sena yang dulu adalah Sena yang penuh percaya diri dan percaya bahwa ada kebaikan dalam setiap hati manusia. Itu sebabnya Sena mengatakan kalimat itu pada Adi saat berusaha menyelamatkannya yang bernita untuk bunuh diri.
“Kamu enggak lihat usahaku buat nyelamatin kamu? Kamu enggak lihat usaha banyak orang di posko bencana ini yang ngerawat kamu? Bahkan kalo kamu enggak punya siapapun di dunia ini, kamu tetap enggak boleh mati dengan cara ini! Kamu enggak boleh mati dengan cara gini setelah banyak orang nyelametin kamu atas nama kemanusiaan!”
Sena yang dulu Adi temui dan jadi penyelamatnya adalah Sena yang memiliki kepercayaan besar pada manusia dan hal itu diajarkan oleh ayahnya yang bekerja sebagai anggota pemadam kebakaran yang telah menyelamatkan nyawa banyak orang.
Sena adalah anak tunggal dan hubungannya yang dekat dengan ayahnya, membuat Sena tidak bisa tidak mengagumi ayahnya yang bekerja sebagai pemadam kebakaran dan jadi penyelamat banyak nyawa orang lain. Rasa kagum pada sang ayah, jadi alasan Sena selalu suka menolong orang lain yang dalam kesusahan dan membuat Sena belajar menghargai nyawa orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
Ayah Sena yang bekerja sebagai pemadam kebakaran sering kali pulang dalam keadaan terluka baik itu luka kecil maupun luka yang cukup parah. Setiap kali ada panggilan darurat untuk ayahnya, ada sedikit rasa takut dalam hati Sena jika mungkin ayahnya tidak akan pulang dalam keadaan selamat. Tapi Ayah Sena selalu meyakinkan bahwa dirinya akan pulang dalam keadaan selamat demi Sena dan ibunya. Janji itu selalu dipegang ayah Sena hingga suatu hari sesuatu merebut Ayah Sena dari Sena dan ibunya.
Mendadak, Ayah Sena mulai jarang pulang. Dalam waktu singkat, Ayah Sena mulai melanggar janjinya pada Sena. Ayah Sena tak lagi banyak menghabiskan banyak waktunya dengan keluarganya dan selalu mengatakan alasan yang sama: sibuk. Awalnya Sena memaklumi alasan ayahnya. Tapi suatu hari dengan mata kepalanya sendiri, Sena melihat Ayahnya berjalan dengan wanita lain yang bukan ibunya padahal baru saja Sena mengirim pesan bertanya pada ayahnya kapan pulang.
Wanita yang merebut Ayah Sena dari Sena dan ibunya adalah wanita yang pernah diselamatkan oleh Ayah Sena dalam kebakaran yang merenggut suami dan anaknya. Dari yang Sena dengar dari teman kerja ayahnya, Ayah Sena awalnya merasa iba dengan wanita itu. Akan tetapi, perasaan iba itu lama-lama berubah menjadi perasaan terlarang yang tidak seharusnya ada.
Sena yang tahu bagaimana ayahnya mengkhianati dirinya dan ibunya, kemudian melaporkan apa yang dilihatnya pada ibunya. Tidak lama kemudian Ayah Sena dan ibunya, bercerai. Ayah Sena lebih memilih untuk bersama dengan wanita lain dari pada bersama dengan Sena dan Ibunya. Dan mau tidak mau, Ibu Sena memilih merelakan Ayah Sena seperti keinginannya.
“Kenapa Ibu bercerai dengan Ayah dan membiarkan wanita itu merebut Ayah?” Sena pernah menanyakan hal itu pada ibunya.
“Tidak ada gunanya menahan seseorang yang ingin pergi. Kalo kamu sayang dengan Ayah, biarkan Ayah pergi melakukan apa yang diinginkannya. Selama ini … Ayah sudah berusaha menyelamatkan nyawa banyak orang. Ayah mengorbankan hidupnya, keinginannya demi menyelamatkan nyawa banyak orang. Sekarang … setelah sekian lama, Ayah benar-benar menginginkan sesuatu? Jadi sebagai anak, tidak bisakah Sena membiarkan Ayah melakukan apa yang diinginkannya? Tidak bisakah Sena jadi penyelamat untuk Ayah?”
Setelah mendengar ucapan ibunya, Sena yang merasa ayahnya memang sudah berkorban untuk banyak orang, kini berusaha untuk jadi penolong ayahnya untuk pertama kali dan terakhir kalinya.
Kehilangan ayah adalah awal dari rentetan berat derita Sena. Hidup berdua dengan ibunya, bukan hal yang mudah bagi Sena. Ayahnya dulu melarang ibunya untuk bekerja dan sekarang perubahan besar terjadi dalam hidup Sena dan ibunya. Ibu Sena yang sudah lama tidak bekerja kemudian memilih untuk bekerja apapun yang dapat menghasilkan banyak uang demi bertahan hidup dengan Sena. Dari jadi pembantu panggilan di beberapa rumah hingga menjadi penjual kue dan makanan. Sena yang tidak punya pilihan lain, hanya bisa membantu ibunya dengan berjualan kue di sekolahnya dan memberikan les pada anak-anak kecil di dekat rumahnya.
Di saat hidup Sena dan ibunya masih belum stabil, Nenek Sena dari ibunya meninggal dunia. Nenek Sena membagikan warisannya secara adil pada ketiga anaknya termasuk Ibu Sena. Tapi dua saudara tiri ibunya, benar-benar orang yang serakah. Dengan dalih telah merawat Nenek yang sakit sejak lama, dua saudara tiri Ibu Sena mengambil warisan milik Ibu Sena dan mengklaimnya sebagai bayaran karena telah merawat nenek untuk waktu yang lama.
Ibu Sena yang sudah cukup dikhianti oleh suaminya dan merelakannya dengan ikhlas, kini dikhianiati oleh dua saudara tirinya yang telah dianggapnya sebagai saudara kandungnya.