“Suamiku.”
Adi membuka matanya dan menemukan jika dirinya kembali tertidur di pangkuan Sena di teras rumahnya sama seperti mimpi terakhirnya.
“Loh?” Adi yang kaget langsung bangkit dari posisi tidurnya dan membuat kepalanya nyaris membentur kepala Sena. Adi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sebelum akhirnya bertanya pada Sena. “Kok aku di sini?”
“Mau di mana lagi, suamiku? Ini kan rumah kita. Ya jelas, kamu di sini. Masak mau di rumah tetangga?”
Adi mengejapkan matanya beberapa kali dan berusaha mengingat apa yang terakhir kali apa yang sedang dilakukannya. Sekelabat ingatan di mana Adi sedang duduk menonton film dengan Sena, muncul dalam benaknya.
“Enggak! Aku tadi sedang nonton film bareng kamu di bioskop! Kenapa mendadak kita di sini?” Adi yang kebingungan menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian mendadak dipeluk oleh Sena dan spontan Adi kaget bukan main dengan pelukan yang diterimanya. “Ke-kenapa mendadak meluk aku?”
“Hanya mastiin aja kalo jantung suamiku masih berdetak kencang buatku.”
“Eh??” Adi kaget mendengar alasan Sena memeluk dirinya. “Kenapa mikir gitu? Meski aku bilang aku bakalan mundur ngejar kamu, tapi bukan berarti aku udah enggak suka lagi sama kamu.”
“Benar. Alasanku menikah denganmu adalah karena ini.” Sena melepaskan pelukannya, menatap dalam Adi sebelum akhirnya tersenyum seperti biasanya. Sena kemudian menarik wajah Adi mendekat ke wajahnya sebelum akhirnya mengecup kening Adi. “Kamu memang suamiku. Enggak salah, aku mencintaimu dan memilihmu. Kamu memang pasangan yang dikirim Allah buat aku.”
“Aku??” Adi menunjuk dirinya sendiri.
“Kalo bukan kamu, siapa lagi? Oh ya … udah lama kita enggak nonton film di bioskop! Terakhir kita nonton, kita enggak selesai nontonnya karena ada kejadian nahas itu, suamiku!”
“Kejadian nahas?” Adi berusaha mengingat-ingat kejadian nahas yang dibicarakan Sena. Benak Adi kemudian memutar cepat sebuah ingatan dan membuat Adi tertarik menjauh dari Sena. “Tung-“
*
“Di, Adi!! Bangun!!”
Adi mendengar suara Sena yang sedang panik memanggilnya berulang kali.
Kenapa dia terus memanggil namaku? Sembari mengeluh, samar-samar Adi berusaha untuk membuka matanya. Kenapa ini? Gelap sekali?